Sedikit Kasihan

120 30 67
                                    

Enggak nyangka aku, ternyata Gus Edwin kalo teriak suaranya mirip cewek.

Edwin masih meringis kesakitan sambil memegangi kakinya yang sengklek sebelah akibat tadi terjatuh. Sementara Ila, tak hentinya dia memikirkan jeritan Edwin barusan. Jangankan Ila, Bintaya saja sampai terheran-heran mendengar suara jeritan Edwin yang sama sekali tidak cowok.

Jangan-jangan aku suka sama cewek.

Ila menatap wajah Edwin untuk memastikan bahwa memang benar Edwin adalah cowok. Sedangkan yang ditatap merasa sangat risih dibuatnya.

"Jangan natap aku kayak gitu! Inget zina!" kata Edwin.

"Emang kalo natap muka cewek itu zina, ya?" Ila bertanya dengan polos, atau lebih tepatnya berpura-pura polos.

"Hah?"

"Ya, aku itu cuman mau mastiin kalo kamu itu beneran cowok dan bukan cewek."

Edwin hanya kebigungan sendiri dengan yang dikatakan Ila, sementara Bintaya, dia sudah cekikikan duluan. Bintaya cukup mengerti maksud Ila menanyakan pertanyaan tersebut kepada Edwin.

"Ya, cowok, lah."

"Coba teriak lagi, Gus Edwin."

Perkataan dari Ila barusan membuat Edwin sedikit malu. Edwin baru sadar kalau suara teriakannya tadi mirip seperti seorang cewek.

Edwin tidak mau terlalu lama berada di situ, jadi akhirnya dia memutuskan untuk berdiri dan hendak masuk ke apatermennya.

"Kalian berdua tunggu di sini, biar aku minta tolong kak Rani anterin kalian," kata Edwin sebelum dia masuk ke apatermen.

Bintaya dan Ila hanya menggangguk saja sebagai jawaban. Lagi pula kasian juga jika harus Edwin yang mengantarkan mereka pulang, dengan kakinya yang sudah sengklek sebelah itu.

Dengan kakinya yang pincang, Edwin berjalan masuk ke dalam apatermennya. Edwin terus mencari keberadaan kak Rani sampai akhirnya dia menemukannya sedang menonton televisi.

"Kak."

Rani yang mendengar suara panggilan itu langsung menoleh ke arah Edwin, yang tepat berdiri di belakang tempat duduknya.

"Ada apa?"

"Kak, ada temen aku, cewek dua di depan. Kak Rani mau anterin mereka pulang, enggak? Soalnya kasian, Kak. Udah malem apalagi mereka cewek," ujar Edwin.

"Mau aja, sih. By the way muka kamu kenapa? Kok, kayak habis nahan malu gitu?"

"Memang malu, Kak."

"Kenapa?"

"Tadi ada kodok lompat di kakiku, terus aku teriak. Gara-gara teriakan itu aku dikira cewek."

"Ada-ada aja kamu, Win. Ya, udah biar aku yang nganterin mereka."

"Makasih, Kak."

"Sama-sama."

Rani berjalan pergi dari apatermen itu untuk mengantarkan Ila dan Bintaya pulang. Sementara Edwin pergi menuju kamarnya.

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang