Bersalah

94 31 130
                                    

"Sebelumnya, gue minta maaf karena udah nanya ini, tapi gue penasaran. Waktu itu, 'kan, lo sama Edwin pulang  karena mau bantu ngelatih acara qosidahan, waktu lo pulang itu lo ada ketemu seseorang yang menurut lo spesial, enggak?"

"Kenapa tanya gitu?"

"Karena seinget gue, Addan yang biasanya itu anaknya tengil dan nakal, tapi semenjak lo balik lagi ke pesantren ini lo jadi mulai sedikit berubah. Itu sebabnya gue tanya apa ada orang yang lo anggap spesial yang berhasil sedikit merubah sikap lo?"

Addan terdiam dengan pertanyaan Dono, tapi diamnya itu sambil memikirkan sebuah nama, dan nama itu adalah Sri.

"Ada," jawab Addan.

"Siapa itu?"

"Cewek."

"Pacaran?"

"Enggak, sih, kita cuman teman. Udahlah kalian kalo mau ngelanjutin main ToD lanjutin aja, gue mau udahan."

"Lah, kok, gitu?"

"Mendadak gue enggak kepengen main lagi. Gue mau langsung ke masjid aja, ah, sambil nunggu Ustadzah Atul."

Sebenarnya apa yang Addan katakan itu bukanlah alasan yang sebenarnya untuk, Addan meninggalkan permainan itu, karena alasan yang sebenarnya adalah, Addan mendadak jadi memikirkan Sri, yang malah membuatnya jadi tidak fokus.

"Gue juga ikut," ujar Edwin.

"Lah, kok lo ikutan juga, Win? Padahal 'kan lo belum dapat giliran," kata Dono.

"Nanti lagi aja deh, kalo sekarang takutnya Ustadzah Atul udah keburu ke Masjid, kitanya malah masih di sini. Mending lo sama Santo juga langsung ikutan kita ke Masjid aja."

"Iya, udah, deh."

Tanpa mereka sadari, Addan sudah tidak ada lagi di tempat mereka. Dia sudah berjalan duluan menuju ke arah masjid. Di sepanjang perjalanan, pikirannya masih tertuju kepada Sri.

Sri, gue kangen sama lo.

Kerinduan itu terasa sangat nyata. Rasa ingin bertemu kembali itu cukup kuat. Namun, semua perasaan itu masih kalah kuat dengan rasa enggan untuk kembali. Meski Addan pernah berkata tidak akan kembali lagi, tapi terkadang Addan masih berandai-andai untuk bisa kembali.

Setiap waktu pikiran-pikiran Addan selalu berperang. Pikiran untuk kembali menemui orang yang sudah dianggapnya spesial, dan juga pikiran untuk menolak kembali agar tidak bertemu orang tuanya, dan opsi kedua selalu menjadi pemenang dalam pikiran Addan.

Pergi membuat Addan terbelenggu rindu akan Sri. Namun, kembali juga hanya akan membuatnya terjerat sakit di dalam tempat yang katanya rumah. Pada kenyataannya, posisi Addan sama sekali tidak ada yang mengenakan.

***

Sri masih menunggu ibunya di luar yang masih berada dalam pemeriksaan. Sambil menunggu, Sri memutuskan untuk berjalan-jalan keliling rumah sakit.

Tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

"Kenapa pikiranku jadi enggak tenang gini, ya? Kayak ada yang aneh. Aku lega dan seneng karena ibuku sekarang udah diperiksa, tapi sekarang pikiranku kenapa mendadak jadi ke Addan."

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang