Waktu telah berlalu selama lima belas menit, tapi Sri masih saja sibuk packing.
Ucapan seorang wanita paruh baya saat dikuburan tadi masih teringat dengan jelas.
"Sri, mau bantu Addan kembali?"
"Tante? Tante, kan-"
"Saya maminya Addan. Kamu mau bantu Addan agar kembali pulang, kan, Sri?"
Sri ingin. Sri sangat ingin sekali Addan kembali ke rumahnya, bertemu dengan orang tuanya dan juga dirinya.
Bagi Sri, Addan adalah teman terbaiknya. Di saat semua orang mencaci bahkan menuduhnya, Addan adalah orang yang percaya padanya.Sri ingin Addan kembali. Namun, masih ada ketakutan yang menngganjal di hatinya. Sri takut jika Addan kembali nanti, Addan hanya akan kembali mendapatkan luka dari kedua orang tuanya.
"Mau, 'kan, Sri?"
Sri terdiam cukup lama. Sampai akhirnya dia menjawab, "saya sangat mau tapi saya tidak bisa. Maaf, Tante."
"Apa kamu tidak ingin Addan kembali, Sri?"
"Saya ingin Addan kembali, tapi saya juga sangat ingin Addan tidak mendapatkan luka saat ia berada di rumah."
"Saya telah menyesal, Sri. Saya tidak akan memberikan Addan luka lagi. Tolonglah, kamu dekat dengan Addan, 'kan? Tolong bantu saya bujuk Addan agar dia mau kembali."
"Bagaimana dengan suami Tante? Apa bisa dijamin kalau dia juga tidak akan memberikan Addan luka lagi?"
Wanita itu tidak menjawab, karena dia juga tidak yakin dengan suaminya.
Melihat wanita itu hanya diam saja, Sri sudah tau jawabannya.
"Sekali lagi saya minta maaf, Tante. Tapi saya tidak bisa walaupun saya ingin."
Jujur saja, wanita paruh baya itu merasa sangat sedih mendengar jawaban dari Sri. Tapi dia tidak bisa menyalahkan jawaban itu. Namun, wanita paruh baya itu tetap tidak menyerah untuk meminta bantuan.
Kini pandangan wanita itu beralih ke arah Maria. "Maria mau bantu? Bantu saya bujuk Addan, ya?"
Maria lebih memilih diam dan menundukkan kepalanya, daripada harus menjawab pertanyaan itu. Kalaupun memang dia diharuskan untuk menjawab, maka jawabannya pun akan sama dengan jawaban milik Sri.
Pupus sudah harapan wanita itu. Diamnya maria sudah menjawab semuanya.
"Tante yang sabar, ya. Kita berdoa saja semuanya akan baik-baik saja. Dan berharap saja Addan akan kembali tanpa adanya luka. Tapi maaf saya tidak bisa membant Tante," kata Sri.
Sri pergi meninggalkan makam itu dengan Maria yang mengikuti di belakangnya. Sedangkan Riana, dia hanya mematung di tempat itu dengan perasaan gelisah.
Ting!
Sebuah notifikasi dari WhatsApp, membuat Riana mengambil ponsel yang ada di saku celananya.
Papi
|Aku sangat menyesal atas perbuatanku terhadap Addan. Aku sangat ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin anak itu kembali.|Aku ingin berhenti menganggapnya pembunuh.
|Aku ingin memberikan kasih sayangku kepadanya secara utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)
SpiritualMenceritakan tentang seorang lelaki bernama Addan Alzohri yang harus mendapatkan hukuman dari orang tuanya berupa pergi ke pesantren dengan harapan kelakuannya yang tengil itu dapat berubah. Alih-alih berubah, Addan justru menjadi beranggapan kalau...