Prolog

652 74 9
                                    

Senangnya bisa mulai nulis cerita ini. Benar-benar reuni sama tim kesayangan aku, karakter kesayangan aku juga.

Dah lah, emak author nggak mau banyak ngomong. Yuk, kita langsung berstrategi bersama untuk pecahkan kasusnya!

Selamat membaca 😊❤️

***

Yogyakarta, Januari 2019

“Kita butuh dia,” ucap Kapolda Untung setelah berbicara panjang lebar dengan dua orang di hadapannya. Seorang berambut cepak, berperawakan tegap. Sementara yang lain terlihat biasa saja. Hanya pria bermata sipit yang tertutup kacamata.

“Narkoba, prostitusi .... Saya setuju. Dia memang harus kembali. Ah, maksud saya dipaksa untuk kembali,” sahut si mata sipit.

“Tapi, bukannya dia sudah mengundurkan diri?” si rambut cepak mengernyit.

Kapolda Untung menggeleng. “Saya merekayasa surat cuti fiktif dengan alasan sakit dan memperbaruinya setiap jatuh tempo sesuai aturan masa berlaku surat izin cuti sakit.”

“Apa? Tapi ....”

“Strategi tidak selamanya bersih, Don. Break the rule not the law."

Terdengar helaan napas. “Ya, saya tahu.”

“Rekayasa itu saya buat untuk berjaga-jaga. Dan sekarang, terbukti, kita membutuhkannya kembali.” Kapolda Untung melipat tangannya di depan dada. Pria paruh baya itu terlihat sangat mengkhawatirkan sesuatu.

“Apalagi, mengingat salah satu target yang kita kejar adalah ....” Kalimat Kapolda terhenti. Dia tidak sanggup menyebut nama orang itu.

“Tenang saja, Pak. Kita berusaha bersama-sama,” kata si mata sipit.

Suara ketukan pintu menginterupsi diskusi mereka di ruangan Kapolda.

“Masuk,” ucap Kapolda.

Laki-laki berjenggot, yang muncul dari balik pintu langsung memberikan gesture hormat. Selanjutnya, dia berbicara, “Korban ditemukan lagi. Wanita usia awal dua puluh tahun, berpakaian minim, dan positif narkoba.”

Kapolda menghela napas. Dia memijit pangkal hidungnya. Masa jabatannya segera berakhir, tapi kasus pelik kembali terjadi di kota wisata ini.

“Tidak bisa ditunda lagi. Doni, Abdul, kalian temui Salim, atur semuanya. Saya juga mau kalian melibatkan anggota unit Kejahatan Perempuan dan Anak, karena menyangkut prostitusi.  And you ....” Kapolda menunjuk si mata sipit. “Lakukan apa pun untuk memaksanya kembali secepat mungkin!”

***

Terima kasih sudah membaca 😊
Segitu dulu yaa😘

Cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang