12.15
Jassen:
Ya ngapa nggak lu aja yg ke sini sih, Bapak Karis? Ribet amat kirim2. Tinggal balik ke kantor, nggak usah banyak mikir.Karis hanya bisa terdiam saat membaca pesan dari Jassen. Hatinya kembali gamang antara harus kembali atau tidak. Dia tahu jika kasus yang dihadapi timnya ini serius. Namun, dia belum benar-benar yakin untuk kembali.
Ponsel kembali dia letakkan sembarangan di karpet tanpa membalas pesan Jassen. Selanjutnya, Karis memilih kembali membaca data kasus yang masih dia pegang. Sejujurnya, bukan hanya kasus yang membuat Karis penasaran, tetapi juga kemunculan nama yang tempo hari dibicarakan Kapolda dan Jassen padanya. Pasalnya, sedari tadi Karis membaca data kasus, nyatanya nama Esa belum dia temukan. Apa mungkin Kapolda dan Jassen berbohong? Atau ada sesuatu yang belum Karis ketahui?
Karis menghela napas. Dia kembali meraih ponselnya, lalu menggulirkan kontak yang tertera, mencari nomor Alma. Satu, dua, tiga, lebih dari lima detik, Karis hanya menatap nama itu tanpa melakukan apa pun.
Kalau Alma udah nikah sama Arsyad, harusnya aku nggak perlu khawatir lagi, kan? Arsyad bisa jagain Alma dari Esa, batin Karis lalu menutup lagi kontak Alma lagi. Tapi, memangnya benar Arsyad nikahnya sama Alma?
Sial! Pertanyaan itu masih terus menghantuinya. Mengapa Karis seolah berharap kalau calon istri Arsyad bukan Alma? Bagaimana, sih? Otaknya seperti tidak waras. Belum pernah Karis merasa segalau ini untuk mengambil keputusan.
Ponsel yang masih berada di genggamannya itu kembali bergetar setelah beberapa saat.
Jassen:
Ris, korban keempat ternyata pekerjaan seks.Setelah membaca pesan itu, tanpa berpikir panjang lagi, Karis langsung merapikan dokumen yang tadi dia baca. Dia lalu bangkit, menyambar jaket yang tadi dia letakkan sembarangan di sebuah paku yang tersemat di dinding ruangan. Dia kemudian pergi, menuju tempat yang sudah seharusnya dia datangi.
***
13.00
Penemuan fakta bahwa korban keempat merupakan pekerja seks, menjadi sebuah clue yang tak bisa diremehkan. Kecurigaan mengenai adanya kaitan antara kasus kematian positif narkoba dengan prostitusi semakin menguat.
"Don, gimana?" tanya Abdul saat Doni baru masuk ruangan. Abdul baru saja menyelesaikan makan siangnya. Sementara di kursi sebelah, Jassen masih mengunyah. Sedangkan Val, dia kehilangan nafsu makan sejak penemuan fakta tadi, jadi nasi gudeg ayam miliknya masih utuh dalam kotak.
"Benar dugaan kita. Pembedahan itu untuk mengambil kapsul sabu yang tersimpan di perut korban," jelas Doni yang terduduk lesu di kursi yang baru saja ditariknya.
"Tapi kapsulnya keburu meledak di dalam perut, jadi dia tewas overdosis," lanjut Doni dengan suara makin lemah. Rasa kemanusiaannya meronta dengan fakta ini.
Sebelumnya, saat tim SD yang lama beroperasi, pernah menemukan kasus serupa di klinik Alma. Korbannya juga mahasiswi yang melakukan hal nekat itu karena pengaruh pacarnya dan uang. Sekarang, hal itu terulang lagi. Apa nyawa manusia lama-lama tidak lebih berharga dari uang? Mengapa risiko sebesar itu bisa mereka jadikan pilihan?
"Terus ngapain masih dibedah kalau udah jelas korbannya sekarat karena over dosis? Bodoh!" Val memaki tidak terima.
"Mereka masih mau berusaha untuk mengambil yang tersisa. Siapa tahu masih ada. Namanya juga barang mahal. Demi uang," sahut Abdul.
"Dia pekerja seks. Sangat mungkin nekat menjadi kurir dengan alasan ekonomi juga. Pekerjaan ini terkait kan?" Jassen menambahi setelah menyelesaikan makan siangnya dan meneguk air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)
ActionBeberapa perempuan muda tewas secara misterius dalam kondisi positif narkoba. Kejadian ini benar-benar memaksa Kapolda untuk bertindak cepat untuk menemukan dalang dari kasus ini, termasuk sebuah keharusan membentuk kembali tim yang sudah dibubarkan...