Love Bird

281 58 12
                                    

Selamat membaca 😊
Diingatkan sekali lagi, cerita ini hanya fiktif dan tidak untuk menggambarkan kasus apa pun secara nyata.

***

11.00

Abdul akhirnya kembali membuka data mengenai kasus perampokan yang terakhir dia tangani bersama tim Jatanras di malam sebelum paginya dia kembali bersama tim SD.

"Ini berkas kasusnya. Barusan aku minta ke anak Jatanras," kata Abdul sambil meletakkan satu bendel dokumen tebal dan sebuah flashdisk.

Valeria yang berada paling dekat dengan dokumen itu, langsung membukanya. "Penyebab kematian, tusukan pisau ukuran tiga belas centimeter yang mengenai organ dalam," gumamnya.

"Perampasan harta benda. Sebuah tas berisi ponsel, dompet, dan uang," sambung Abdul.

"Sounds like robbery. Perampokan jalanan yang menghilangkan nyawa. Persis," kata Val lagi. Dia lalu mengulurkan flashdisk pada Jassen agar dokumen digitalnya bisa ditayangkan pada layar besar.

"Tapi melihat posisi korban, konteksnya, rasanya terlalu kebetulan kalau jadi korban perampokan disaat, satu temannya mati di hotel dan yang lain menyusul tidak lama kemudian di tempat karaoke," sanggah Doni. Dia mulai memperhatikan layar besar yang kini menampilkan foto korban.

"Jalan pembangunan itu mengarah ke area perhotelan. Rasanya benang merah kematian mereka pasti tetap ada," tambah Mario.

"Oke, begini saja." Komandan Salim menengahi. "Abdul, lanjut cari identitas satu perempuan yang kemungkinan masih hidup dalam foto itu. Val, cek lagi semua barang bukti, kalau bisa kamu coba cek detail hasil autopsi juga. Doni, tolong temui tersangka yang sudah ditahan sama tim Anton. Mario lakukan pencarian ulang informasi di sekitar lokasi, cek CCTV. Jassen, Karis, cek riwayat media sosial, ponsel, dan jejak digital lain."

"Siap!" semua orang pun langsung bergegas dengan tugas masing-masing. Tentunya dengan harapan mereka akan menemukan titik terang.

"Ris, lihat deh!" seru Jassen setelah beberapa menit kemudian. "Ini jejak transaksi akun korban. Pukul sebelas lebih sepuluh, dia sedang dalam perjalanan naik ojek online. Padahal ini tertera waktu kejadian perampokan pukul sebelas dua puluh lima. Artinya, kemungkinan dia masih di ojek atau baru turun dari ojek," jelas Jassen sambil menunjuk layar monitor di hadapannya bergantian dengan dokumen print out.

Karis langsung mengamati dengan seksama. Sesuatu yang ganjil akhirnya kembali ditemukan. "Tujuan order ojeknya kemana?" tanya Karis kemudian.

Setelah melihat ke arah layar, Karis dan Jassen langsung saling menatap, mereka terhenyak melihat tujuan si korban. "Polresta Jogja," gumam Jassen.

"Oke, kamu cek identitas driver ojolnya, dia saksi penting, biar aku ke rumahnya," kata Karis kemudian menyambar jaket yang tersampir di kursi. "Kirim lokasi! Aku tunggu di mobil! Dul, kamu ikut aku!"

"Benar-benar mencurigakan. Perampokan sekaligus pembunuhan di jalan menuju kantor polisi. Waktu kasus itu bergulir, aku belum sampai ke arah pemeriksaan itu karena besoknya, aku gabung tim SD," gumam Abdul saat dalam perjalanan bersama Karis. Mereka hampir sampai.

"Fakta sepenting ini bisa-bisanya terlewat," sahut Karis.

"Atau sengaja dilewatkan. Kamu tahukan tabiat Anton? Nggak mau susah,"  sahut Abdul lagi. "Ngomong-ngomong, kamu nggak ada makanan di mobil?"

"Nih permen!" Karis mengulurkan dua buah permen yang dia ambil dari kantong pada pintu.

"Yah cuma permen."

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang