Our Day

262 59 27
                                    

Selamat membaca ❤️
Harap siapkan hati dan perasaan kalian untuk part ini karena cukup anu🙊

***

19.00

Tirai krem dan kuning keemasan yang dipadukan dengan dekorasi bunga artifisial cantik  terlihat mendominasi ruangan. Alunan musik memperdengarkan lagu-lagu romantis  menambah suasana cinta nan hangat malam ini.

Tidak ada kesan mewah. Bahkan acara pun tidak digelar di gedung atau restoran ternama melainkan hanya di rumah dengan memanfaatkan ruang tamu yang terhubung dengan ruang tengah. Meskipun begitu, suasana pernikahan tetap terasa syahdu.

"Gimana hasil interogasi kamu sama pemilik bisnis hotel dan karaoke yang dijadikan lokasi prostitusi?" tanya Karis sambil mengancingkan lengan kemejanya. Dia sedang berada di kamar mempersiapkan diri ditemani Doni dan Mario.

"Astaga! Kamu ini mau akad malah nanyain kasus," kata Doni jengkel.

"Iya ni Pak Karis. Mending hafalin itu kalimat buat akadnya. Nanti kalau salah kan malu," sambung Mario.

"Udah hafal, Yo! Aku kenal Alma udah puluhan tahun. Masa iya nyebut nama dia aja salah," sanggah Karis yang kini meraih jas putih gading yang tergeletak di atas kasur.

"Jangan nyelepelein, Ris! Kamu nggak tahu aja rasanya kalau sudah duduk di kursi akad. Panas dingin, deg-degan. Rasanya lebih gila dari pada dihukum senior waktu pendidikan dulu," kata Doni.

"Doakan saja." Karis yang sudah memasang sempurna pakaiannya. Dia mematutkan diri beberapa saat di depan cermin kemudian mengajak Doni dan Mario untuk segera turun ke ruangan tempat acara.

"My God! Kamu ganteng banget, Ris!" puji Val dengan suara nyaringnya saat Karis baru saja turun. Seketika ucapan itu mengundang lirikan tak suka dari Jassen.

"Jangan lupa berdoa. Baca bismillah biar lancar semuanya," kata Abdul memberi nasihat.

"Lihatlah siapa yang datang!" seru Jassen tiba-tiba. Arsyad muncul dengan seorang wanita yang menggamit lengannya.

"Arsyad! Siapa yang kasih kabar?" tanya Karis yang langsung menyalami Arsyad.

"Mita dong, siapa lagi? Dia sahabatnya Alma. Kamu tega ya nggak ngundang aku?" protes Arsyad.

"Sorry, semua serba mendadak. Lagian aku kira kamu masih bulan madu."

"Iya sih, harusnya baru balik besok dari Belitung, tapi demi acara kamu, kita nggak keberatan pulang lebih cepat. Oiya, kenalin istriku," ucap Arsyad dengan wajah sumringah. Dia memperkenalkan Delisa pada semua rekan-rekannya.

"Halo, Delisa. Bang Arsyad banyak cerita tentang tim kalian," sapa Delisa sambil menyalami semuanya satu per satu. Abdul, Jassen, Doni, Val, dan Mario pun menyambut hangat perkenalan Delisa. Mereka pun saling berbincang beberapa hal.

Beberapa menit berlalu, akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Mobil rombongan keluarga Kapolda Untung yang tentu saja membawa mempelai wanita.

Karis pun akhirnya undur diri dari tempatnya mengobrol bersama yang lain. Kini dia sudah duduk didampingi ayahnya di kursi akad.  Komandan Salim dipercaya untuk menjadi saksi dari pihak mempelai wanita. Sementara Abdul, teman yang menurut Karis paling dewasa dan paham agama, dia minta untuk menjadi saksi dari pihaknya.

Malam ini Alma sangat cantik dengan gaun warna putih gading senada dengan jas yang Karis pakai. Tidak banyak aksen pada gaun itu namun semua tetap saja terlihat istimewa. Bahkan Karis seperti tidak percaya kalau yang sedang digandeng oleh Mita dan berjalan mendekatinya itu adalah perempuan yang dalam hitungan menit akan menjadi istrinya.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang