Cerita ini hanya fiktif yaa
Selamat membaca ❤️***
12.00
"I got new number." Karis memberikan ponselnya yang tadi dipakai Agung untuk menghubungi nomor Hendi.
Jassen pun langsung paham. Dia melakukan pelacakan lokasi pada nomor itu
"Agung sudah mengakui jika dia adalah kaki tangan. Selama ini dia diminta untuk membereskan mayat dan membantu beberapa hal. Dia membereskan mayat korban kedua, ketiga, dan Irina," lanjut Karis.
"Lalu, korban keempat yang di hotel itu benar-benar nggak ada hubungannya?" Tanya Jassen.
Karis menggeleng. "Satu hal lagi. Ternyata, tiga gadis itu hanyalah korban yang meninggal. Sementara lainnya, ada korban-korban lain yang masih hidup."
"Apa?" Jassen terperangah.
"Sinting! Benar-benar binatang!" Abdul sudah tidak tahan untuk tidak mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Kenapa korban yang masih hidup tidak melapor?" Jassen benar-benar heran.
"Kata Agung, Hendi memberikan kompensasi yang cukup banyak untuk tutup mulut dan biaya pengobatan," jawab Karis.
"Gila! Apa itu setimpal?" Jassen pun ikut meradang. Dia juga tipe laki-laki pecinta wanita. Menyewa wanita malam sudah jadi hal biasa untuk Jassen tetapi kelakuan Hendi ini benar-benar sampah.
"Menurut survei, memang korban pelecehan akan tertekan. Mereka takut dan malu untuk melapor," sahut Komandan Salim. "Valeria lebih tahu soal hal ini."
"I got the location," ucap Jassen tiba-tiba. "Lokasinya ... Berjarak lima kilometer ke arah selatan dari lokasi nomor ponsel yang sekarang didatangi Doni, Arsyad, dan Mario," kata Jassen setelah beberapa saat.
"Hubungi mereka bertiga untuk ubah rute. Aku akan menyusul," kata Karis.
"Aku ikut." Abdul seketika berdiri.
"Nggak. Kamu tetap di sini," cegah Komandan Salim. "Ayo kita pergi, Ris."
Karis mengangguk, lalu melangkah mengikuti Komandan Salim. Mereka pergi menggunakan mobil kantor.
"Ayah kamu sehat, Ris?" Tanya Komandan Salim.
"Alhamdulillah sehat. Ngurusin burung sama ikan peliharaan di rumah," jawab Karis sambil memutar kemudi. Dia memacu mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Mereka hampir sampai.
"Tadi, gimana kondisi keponakan Kapolda?"
"Alma? Dia baik-baik saja."
"Dia ya, yang anaknya Esa?"
Karis terperanjat kaget. Bagaimana Komandan Salim bisa tahu?
"Saya diam bukan berarti saya tidak tahu, Ris," kata Komandan Salim lagi yang seolah paham dengan raut terkejut Karis. "Esa itu pernah saya tangkap belasan tahun lalu. Kasus minuman keras dan perjudian. Jelas saya langsung mengenali wajahnya saat Jassen dan yang lain meneliti CCTV soal korban keempat."
"Lalu?"
"Kita urus dia nanti setelah ini. Beberapa kabar soal dia juga sudah saya dapatkan dari informan. Terakhir dia terlihat tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah Denggung."
Karis terdiam. Dia tidak menyangka Komandan Salim sudah bertindak sejauh itu.
"Kami sudah di lokasi. Sebuah kos-kosan harian, hampir sama dengan lokasi sebelumnya yang kami datangi." Suara Doni terdengar melalui radio.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)
ActionBeberapa perempuan muda tewas secara misterius dalam kondisi positif narkoba. Kejadian ini benar-benar memaksa Kapolda untuk bertindak cepat untuk menemukan dalang dari kasus ini, termasuk sebuah keharusan membentuk kembali tim yang sudah dibubarkan...