Because of Love

299 58 25
                                    

Selamat membaca 😊
Tandai typo yaa.

Oiyaa, sekali lagi, cerita ini hanya fiktif. Semua kasus, organisasi adalah karangan penulis.

***

13.45

Enam bulan yang lalu

“Halo, Mr. Widjaja.” Karis mengernyit mendengar sapaan itu. Suara si
penelpon terdengar asing. “Bagaimana? Apa kamu sudah selesai bermain-main dengan bisnisku dan anak buahku? Kalau sudah, bagaimana kalau sekarang ganti
aku yang memegang permainan?” Pertanyaan itu  beriring dengan gelak tawa.

“Yakob!” Komandan Salim, Mario, dan Arsyad langsung terhenyak menatap
Karis saat mendengar nama itu disebut.

Yakob Anderson, bandar besar narkoba kelas internasional yang berada di belakang kasus yang sedang mencoba dipecahkan oleh tim Secret Detectives dengan bantuan Naura.

“Where are you, bastard?” tanya Karis dengan raut tegang.

“I’m here, playing with my little girl, Naura.”

Raut Karis langsung menegang. “Yo, cek kondisi Jassen dan Naura!” kata
Karis lirih pada Mario.

“Jangan main-main, Yakob! Aku akan menghabisimu kalau sampai terjadi
sesuatu pada Naura!” ancam Karis dengan nada menekan.

Yakob tertawa keras. “She is mine. Dia menuju ke sini bersama anak buahku.”

“Jangan main-main, Yakob! Katakan di mana kamu sekarang dan apa
maumu?” tanya Karis. Raut paniknya tidak bisa disembunyikan.

“Pak,” panggil Mario lirih. Karis menoleh. Sejurus kemudian, Mario
menggeleng, mengisyaratkan Jassen dan Naura tidak sedang baik-baik saja. Anak buah Yakob berhasil membobol warnet Pokemon, melukai Jassen, dan menculik Naura.

“Bangsat! Where are you, bastard? Katakan apa maumu!” Karis kembali membentak di telepon. Rahangnya mengeras. “Jangan sentuh Naura!”

“Kamu seharusnya tahu, siapa yang kamu ajak bermain-main, Mr. Widjaja.” Yakob terkekeh seperti mengejek.

“Jangan sentuh Naura, Yakob, Bangsat!”

“Well, kalau begitu bagaimana kalau aku menyentuh yang lain. Yang
sepertinya akan lebih menarik jika aku ikutkan dalam permainan ini? Seseorang yang sepertinya lebih berharga.” Yakob menjeda. Dia menikmati deru napas memburu
penuh emosi dari lawan bicaranya. “Let my assistants track someone.” Yakob memutus sambungan telepon.

“Bangsat!” umpat Karis. Dia meremas rambutnya sendiri dengan frustrasi.
Otaknya sulit berpikir jernih. Namun, satu nama jelas terlintas di benaknya.

“Arsyad,” panggil Karis kemudian. “Pergi bersama Mario ke klinik Alma! Jemput dia, bawa ke Mapolda!” katanya.

“Alma? Ada apa sama Alma? Nggak ada sangkut pautnya sama Alma,
Karis.” Arsyad mempertanyakan. Dia bingung dengan isi pikiran Karis.

“Jangan banyak tanya! Lakukan saja!” Karis meninggikan suara.

“Ya, tapi aku harus bilang apa sama Alma?”

“Ajak saja! Paksa dia kalau menolak. Tempat paling aman buat dia cuma di Mapolda sekarang.”

“Oke.” Arsyad memang masih belum bisa mencerna situasi sepenuhnya.
Namun, satu yang bisa dia tangkap dari raut Karis. Laki-laki itu dilanda khawatir yang luar biasa.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang