Her Sadness

255 59 14
                                    

Selamat membaca 😊

***

05.00

Jassen dan Valeria menatap sendu pada sosok yang berbaring di hadapan mereka. Kejadian semalam benar-benar mengejutkan semua orang. Bagaimana bisa seorang bapak merusak kebahagiaan malam pengantin anaknya sendiri? Sekarang, saat semua sudah begini, siapa yang harus menanggung kesedihan?

"Kasihan Alma," celetuk Valeria dengan suara lirih. Dia kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Jassen. Rasanya mengantuk karena harus terjaga semalaman, tapi ini sudah tugas.

"Kasihan Karis juga, Beb. Dia belum sempat nananina sama Alma."

Val mencubit perut Jassen gemas. "Kamu itu terus yang dipikir."

"Ya memang kenyataannya gitu kan? Malam pengantin yang indah jadi tragedi berdarah. Aku juga gagal lagi mau berduaan sama kamu, malah harus jaga di sini semalaman."

Sebuah pergerakan diiringi derit suara ranjang rumah sakit, membuat Val menyenggol lengan Jassen.

"Sudah bangun, Bos?" tanya Jassen sambil berjalan mendekat.

Sambil memegangi kening, sosok yang diajak bicara Jassen pun menoleh. "Jas, Val?" gumamnya terlihat agak terkejut.

"Apa yang kamu rasain, Ris?" tanya Val yang kini juga sudah berdiri di sebelah ranjang.

Karis tidak langsung menjawab. Dia justru mencoba untuk duduk.

"Ngapain bangun, sih? Istirahat aja!" Jassen mencegah agar Karis tetap berbaring, tetapi Karis tidak menggubrisnya.

"Mana luka tembakku?" tanya Karis tiba-tiba.

"Luka tembak?" Jassen mengernyit.

"Aku dengar suara tembakan sebelum semuanya gelap. Jadi, siapa yang tertembak kalau bukan aku?"

Jassen dan Valeria saling berpandangan. Mereka bingung harus menjawab

"Alma mana?" Karis kembali bertanya, membuat Jassen dan Valeria semakin bingung.

"Jas, Val, Alma mana? Istriku mana?" ulang Karis. Menangkap, ekspresi tak biasa dari kedua rekannya, Karis seketika dihinggapi kekhawatiran.

"Mana Alma? Kenapa kalian nggak jawab?" Karis meninggikan suaranya. Dia pun bangkit. "Aku mau cari Alma," kata Karis sambil menarik jarum infus yang tertanam di punggung tangannya.

"Ris, Karis, kamu tenang dulu!" cegah Valeria.

"Gimana aku bisa tenang kalau istriku nggak di sini? Kalian linglung nggak ada yang jawab aku," sanggah Karis.

Val menghela napas kemudian berkata," Tenang, Alma baik-baik aja."

"Terus, dia di mana sekarang?"

"Dia ... Dia lagi ngurus pemakaman bapaknya," kata Val ragu. Jassen langsung mengusap bahunya.

"Apa? Ma-maksud kamu?"

"Mertua kamu tertembak dan tewas semalam. Kita udah coba bawa dia ke rumah sakit, tapi terlambat," jelas Jassen.

Karis terdiam. Dia terkejut.

"Candra terpaksa ambil tindakan karena dia mengancam nyawa kamu sama Alma," lanjut Jassen.

"Candra?"

Jassen mengangguk. "Ternyata selama ini, Komandan Salim menugaskan dia untuk memantau Esa. Tim Candra sekarang di kejahatan perempuan dan anak, juga menjadikan Esa target."

Setelah mendengar penjelasan Jassen, Karis kembali hendak melepaskan paksa infusnya.

"Karis, hei!" cegah Val.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang