A Choice

298 60 6
                                    

Selamat membaca part terakhir

***

23.00

Alma bergegas membukakan pintu saat mendengar suara mesin mobil Karis masuk ke garasi beberapa saat lalu. Dia belum bisa tidur. Apalagi, saat dia tahu kabar jika Jefri meninggal dan Val terluka karena ledakan bom.

"Karis," gumam Alma saat membuka pintu kamar. Karis yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu, seketika menjatuhkan tubuhnya pada pelukan Alma.

Deru napas berat Karis terdengar di telinga Alma. Dia tahu apa yang Karis rasakan sekarang. Apalagi saat ini, Karis memeluknya begitu erat, seolah dia tidak ingin jauh atau terpisah dari Alma.

"Jangan tinggalin aku, Al," bisik Karis dengan suara lirih terdengar begitu nelangsa.

"Mbak Kinta, Ibu, Naura, dan hari ini ... Jefri. Semua pergi ninggalin aku."

"Karis ...."

"Kami jangan pergi ya, Al, please."

Alma menepuk punggung Karis pelan, mengusap-usapnya dengan sayang. "Aku di sini. Aku sama kamu. Kita akan baik-baik saja."

Karis melepaskan pelukannya. "Aku capek sama semuanya. Aku ...."

"Sstt .... Kamu cuma perlu istirahat sekarang. Cuci muka kamu, ganti baju, terus istirahat ya."

Karis menggeleng. "Setelah ini, aku benar-benar mau menyudahi semuanya, Al. Aku capek. Aku capek kehilangan. Aku capek dengan semua tragedi."

"Maksud kamu?"

"Al, kamu nggak malu kan kalau suami kamu nantinya cuma jadi tukang bengkel?"

Alma tersenyum. "Apa sih, Ris? Pertanyaan kamu aneh. Aku cinta kamu sebagai Karisma Agung Widjaja, sebagai diri kamu sendiri. Bukan karena kamu polisi, kamu kaya, kamu ganteng, kamu ...."

"Tapi aku tetep ganteng, kan?" Karis berusaha bercanda di tengah rasa nelangsa yang menghujam.

Alma terkekeh. "Iya dong. Kamu ganteng. Paling ganteng sedunia."
Karis mencoba tersenyum kemudian kembali menarik Alma dalam pelukannya.

"Apa pun langkah yang kamu ambil, kalau itu sudah jadi keputusan kamu. Bismillah, aku akan dukung, Ris. Aku percaya, apa pun pilihan kamu, kamu tahu apa yang terbaik buat diri kamu dan buat kita."

Pelukan Karis kembali merenggang, tetapi kali ini bukan untuk melepaskan Alma, melainkan kembali menariknya dalam sebuah kecupan manis di bibir. Batin dan mental Karis sedang kesakitan dan dia perlu obat untuk menyembuhkan semuanya.

***

01.00

Karis mengusap rambut Alma yang kini tengah meringkuk pulas di sisinya. Setelah mengecup singkat puncak kepala Alma, dengan gerakan perlahan, Karis melepaskan tangan Alma yang memegangi lengannya. Lalu, Dia pun bangkit, mengambil kaus oblong di dalam lemari dan memakainya.

Karis menyalakan laptop yang ada di atas meja. Dia tidak mungkin bisa tidur setelah kejadian sore tadi. Terlebih, dia benar-benar ingin segera mengakhiri kasus pelik ini, jadi malam ini juga dia harus mendapatkan informasi dalam bentuk apa pun mengenai keberadaan Jamilah dan satu anaknya lagi, Marco.

Darco memang sudah tertangkap. Tentunya dia tahu keberadaan ibu dan adiknya, tetapi meminta Darco buka mulut mengenai hal itu, seperti mengharapkan hujan di musim kemarau, hampir mustahil. Karis, Doni, serta Komandan Salim bahkan sudah mengancamnya dengan segala cara, menekannya dengan berbagai hal tadi, tetapi manusia laknat itu tidak juga buka suara.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang