After the Tragedy

475 64 30
                                    

Selamat membaca yaa
Tandai typo dan kalimat rancu ❤️

***

Yogyakarta
Juni 2018

01.00

“Karis,” panggilan lembut itu terdengar mendekat.

“Mbak Kinta. Aku kangen banget sama Mbak. Mbak Kinta kemana aja?” Pertanyaan itu hanya dijawab senyuman.

“Mas Karis,” suara lain mengalihkan perhatiannya. Yang dipanggil sontak menoleh.

“Hai, pretty girl.”

“Mas, tolong aku, Mas! Tolong!”

“Karis, tolong!”

Teriakan dari dua suara berbeda itu berseru memekakkan telinga, membuat yang dipanggil dan dimintai tolong menoleh ke kanan dan ke kiri dengan raut bingung bercampur panik.

“Tolong aku, Mas Karis!”

“Tolong!”

“Haaah!” pekik Karis saat dia akhirnya tersadar dari mimpi buruknya. Terlihat keringat membasahi dahinya padahal dia sudah menyalakan AC dengan suhu rendah. Jantung Karis berdegup kencang dan napasnya tersengal. Sembari menstabilkan dirinya, Karis melirik jam didinding.

“Jam satu. Aku tidur belum sampai setengah jam,” batinnya sambil mengusap-usap wajahnya.

Sudah satu minggu, Karis nyaris tidak tidur. Dia hanya terpejam sesaat kemudian terbangun dengan keringat bercucuran karena mimpi buruk. Kejadian menyeramkan itu benar-benar membekas. Dia kembali kehilangan wanita yang baru saja menjejakkan kaki di kehidupannya. Rasa kehilangan itu seolah memperparah luka lamanya yang memang tak pernah kering.

Karis melangkah menuju lantai bawah. Dia membuka kulkas dan mengambil botol berisi air dingin dan meneguknya.

“Nggak bisa tidur lagi, Mas?” suara Sony dari toilet dekat dapur membuat Karis menoleh. Karis hanya mengangguk. “Sudah satu minggu, Mas. Apa nggak sebaiknya ke dokter?” ucap Sony kemudian ikut bergabung duduk di kursi makan bersama Karis.

“Nanti saya pikir-pikir lagi. Jangan beritahu siapapun soal ini, termasuk Ayah,”  pungkas Karis. Sony hanya mengangguk kemudian pergi.

Karis meraih ponselnya di dalam saku. Sesaat dia membuka aplikasi chatting, Alma masih terjaga, terlihat dari waktu terakhir dia membuka aplikasi itu yaitu lima menit yang lalu. Gadis itu sepertinya sedang jaga malam di UGD klinik.

Karis:
Belum tidur, Al?

Karis memandangi apa yang baru saja dia ketik kemudian menghela napas dan menghapusnya lagi. Rasanya, dia memang tidak seharusnya mengganggu Alma. Terlalu menyeramkan saat mengingat bagaimana Naura pergi, tewas ditembak tepat dihadapannya, dan Karis tidak mau itu terjadi pada Alma juga. Apalagi waktu itu, Yakob sempat ingin melibatkan seorang lagi dari kehidupan Karis dalam permainannya. Ya, meskipun Karis juga tidak tau siapa seseorang yang dimaksud Yakob waktu itu, tetapi dia tidak ingin menanggung risiko.

Sudahlah. Sudah benar tindakannya untuk tidak lagi menghubungi dan menemui Alma sejak pemakaman Naura waktu itu. Dia sudah pernah pergi dari kehidupan Alma dulu setelah Kinta meninggal, jadi bukan perkara sulit jika dia harus menjauh lagi sekarang. Semua juga demi Alma.

Karis menghela napas lagi kemudian meneguk air sekali lagi. Yakob memang sudah tewas. Manusia itu memang tidak pantas hidup setelah apa yang dia lakukan. Tapi bukan tidak mungkin akan muncul Yakob yang lain. Kehidupannya sebagai polisi pastinya akan tetap dikelilingi oleh para berandal bengis.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang