Let's rock

253 63 15
                                    

Maaf banget lama nggak update. Aku bener-bener pusing nulis bagian ini sampai entah berapa kali tulis-hapus-tulis-hapus

Selamat membaca ❤️

***

13.00

Alma baru saja menyelesaikan makan siangnya. Dia pun melihat ponsel, belum ada balasan chat dari Karis sejak Alma mengirimkannya setengah jam lalu untuk mengingatkan suaminya agar tidak melewatkan makan siang.

"Duh, pengantin baru. Bawaannya sumringah gitu." Mita baru saja datang karena sebentar lagi, dia akan menggantikan tugas Alma untuk jaga UGD.

"Apa sih?" Alma tersenyum malu. Dia kemudian meminum susu rasa pisang di meja.

"Eh! Itu susu pisang dari Karis yang udah beeerrrbulan-bulan lalu?" Alma mengangguk. "Yang sebelum dia ngilang waktu itu?" Alma mengangguk lagi. "Emang belum kadaluarsa?"

Alma menggeleng. "Seminggu lagi. Untung aja masih belum ya."

"Ya untung aja si manusia aneh itu nikahin kamu sebelum susu ini basi. Akhirnya setelah dijadiin pajangan, diminum juga."

Alma terkekeh. "Enak, Mit. Rasanya beda gitu susunya. Nggak kayak biasa."

"Ya Allah, perasaan mereknya kayak yang biasa kamu beli. Apa bedanya?"

"Ya beda gitu. Pokoknya beda." Alma mengatakannya sambil tersenyum.

"Iya deh iya, beda. Orang lagi kasmaran, tai ayam juga rasanya enak, Al! Bener-bener deh. Nggak ada prihatinnya sama anak gadis yang nggak dikawin-kawinin kayak aku."

"Kamu sih, masih betah banget  nungguin pacar. Cari opsi lain aja deh, cowok kelamaan tinggalin aja!"

"Hilih! Mentang-mentang langsung dinikahin dalam hitungan hari. Sombong kamu, Al!"

Alma tertawa geli meresponsnya.

"Udah ah! Mau siap-siap. Godain pengantin baru malah bikin makin iri aja." Mita pun berlalu, meninggalkan Alma di ruangan.

Ponsel Alma di atas meja akhirnya bergetar.

Suami sayang:
Aku sudah makan. Nanti pulang malam nunggu kasus selesai. I Love You.

Alma meletakkan ponselnya kembali di atas meja setelah mengirimkan balasan kata I Love You too pada Karis. Namun, ada yang mengganjal. Alma dilanda kekhawatiran yang tak biasa mengenai Karis.

***

18.00

"Maafin saya ya, Pak," kata Mario tiba-tiba pada Karis. Mereka saat ini sedang mengintai pergerakan di kafe milik Aliando yang dijadikan tempat penyimpanan narkotika oleh Darco.

"Ngapain minta maaf?"

"Ya, gara-gara saya transaksi sabunya nggak bisa kita gagalkan."

"Terus, maaf kamu mengubah keadaan?"

Mario tertunduk. "Ya, enggak. Tapi ...." Kalimat Mario tidak jadi berlanjut karena setelah itu, dia merasakan tepukan dari Karis di bahunya.

"Sudah terjadi. Lagi pula kalau nggak gitu, kita nggak akan tahu nama Darco, anak Victor," ucap Karis.

Mario mengernyit. Dia merasa ada yang salah. Sejak kapan seorang Karisma Widjaja mengucapkan kalimat sehangat itu? Dan lagi, itu ... Wajah Karis terlihat lebih sumringah. Berbeda dari biasanya yang kaku dan arogan.

"Pak Karis mood-nya lagi bagus ya? Semalam habis dapat jatah sampai kenyang ya?" celetuk Mario.

Karis mengerjap. "Maksud kamu?"

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang