Finding out

253 59 18
                                    

Cerita ini hanya fiktif.
Tandai typo dsb.

Selamat membaca 😊

***

01.00

Buntut dari tertangkapnya Mega dan satu orang pengendara motor yang mengambil barang bernama Wiki, membuat seluruh kamar dan ruangan dalam indekos digeledah. Selain itu, tes urine juga dilakukan pada seluruh penghuni dan penjaga kos. Alhasil, seluruh anggota tim SD terpaksa harus terjaga semalam di hari pertama mereka kembali bekerja.

"Hasil tes urine penghuni kos, hanya satu orang yang positif, tapi setelah dikonfirmasi, dia memang menggunakan sejenis psikotropika untuk pengobatan dan diawasi dokter." Abdul yang baru saja datang bersama Mario, membawa hasil tes.

"Mega?" tanya Doni.

Abdul menggeleng. "Dia negatif, yang positif si pengendara motor yang memang pecandu. Mega jujur dengan pernyataannya kalau dia hanya menjadi perantara pengiriman, bukan pemakai."

"Mengantar tanpa memakai? Apa dia nggak tahu kalau yang dia antar itu barang haram dan berisiko hukum?" Val angkat bicara.

"Dia jelas tahu," sahut Karis. "Dia mahasiswa, anggota himpunan yang bisa dibilang pergaulannya luas. Dari hasil akademik yang Jassen temukan, IPK-nya juga tidak kecil. Jadi tidak mungkin dia tidak tahu kalau itu ganja."

Karis yang tadinya duduk, kini bangkit. Dia berjalan menuju papan. "Mega hanya mengedarkan karena terdesak ekonomi. Pernyataannya soal ini juga jujur jika melihat hasil tesnya. Jadi, kita hanya perlu cari tahu, siapa orang yg menyuruhnya menjadi perantara untuk mengantar."

"Masalahnya dia dapat perintah mengantar itu dari email dengan pengirim yang selalu berganti di setiap pesanan," sahut Abdul.

"Itu yang harus kita pecahkan," kata Karis. Dia lalu menoleh ke arah Jassen yang sejah tadi tak mengalihkan pandangan dari depan layar. "Dapat sesuatu, Jas?"

Jassen menggeleng. "IP address pengirim email berpindah-pindah."

"Kita coba telusuri via media sosial Mega." Val memberikan usul.

"Yes, baby. I did," ucap Jassen. Dia kemudian terlihat menggeser mouse. "Bentar deh. Kok aku kayak nggak asing sama muka temen Mega di foto ini." Jassen menekan satu tombol di keyboard. Sejurus kemudian, foto yang dia maksud langsung terpampang di layar besar. Sebuah foto yang ada di Instagram Mega.

Seketika semua mata tertuju pada layar. Tak lama dari itu, Mario buka suara, "Lah! Itu kan foto korban pertama!"

Refleks, Doni langsung mencari dokumen kasus pertama di atas meja. Dia membuka-buka lembaran di tangannya lalu mencocokkan foto di sana.

"Persis," ucap Doni sambil mengangkat foto korban pertama yang ada pada dokumen di tangannya.

"Tunggu!" Val menginterupsi. "Captionnya .... Istirahat yang tenang, Fik. Aku janji bakal keluar dari lingkaran setan ini setelah keadaan membaik."

"Fik ... Rafika Handayani, korban pertama. Nggak salah lagi," sahut Mario.

"Biar aku temui Mega lagi," ucap Karis tiba-tiba dan langsung beringsut pergi.

"Tunggu! Aku ikut!" Val pun bergerak, mengekori Karis.

***

"Apa kamu baru menemui kasus semacam ini?" Tanya Karis saat Val sudah berjalan sejajar dengannya menuju ruang di mana Mega berada.

Val mengendikkan bahu. "Ibu kota terlalu riuh dengan pelecehan seksual, tapi aku sebenarnya pernah baca soal pemakaian kurir wanita untuk menekan kecurigaan polisi."

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang