Selamat membaca ❤️
***
20.00
Seseorang dengan seragam tahanan lapas terlihat menatap tidak percaya pada laki-laki yang sedang mengunjunginya malam-malam begini. Waktu berkunjung tentu saja sudah habis, tetapi dia seharusnya tidak heran jika Karisma Widjadja bisa tetap masuk dan menemuinya.
"Jef, gimana kabar kamu?" tanya Karis basa-basi. Lama dia tidak menemui Jefri. Terakhir, setelah pemakaman Naura, Karis pernah berkunjung sekali tepat setelah dia kembali dari Bali.
"Ya, beginilah. Namanya juga tahanan. Ada apa?"
Sejenak Karis menoleh ke sekeliling, memastikan tidak ada orang termasuk mencari keberadaan CCTV agar dia tau ke arah mana dia harus mengarahkan layar ponselnya.
"Kamu kenal dia, Jef?" tanya Karis kemudian menunjukkan foto Barli.
Jefri mengerutkan kening. Dia mengingat-ingat beberapa saat."Ah! Uler, Barli. Kenapa? Dia ketangkep apa kamu masih nyari?"
"Ketangkep, tapi dia masih nggak mau buka mulut. Masalahnya, urusannya nggak cuma narkoba tapi pembunuhan juga."
Jefri mengernyit. "Jadi kamu butuh informasi?"
Karis mengangguk. "Ada enam wanita dengan usia hampir sama ditemukan tewas dalam kondisi positif narkoba. Jenisnya macam-macam tapi kebanyakan heroin. Awalnya kita menyangka semua berhubungan, tapi ternyata enggak. Tiga dari mereka korban pelecehan seksual dengan tersangka mengidap kecenderungan sadisme seksual. Dia pakai heroin untuk membuat korbannya setengah sadar saat digauli. Sementara yang tiga lainnya masih misteri. Terakhir, korban keenam yang akhirnya membawa kita pada Barli. Si cewek yang jadi korban ini, nyembunyiin sabu di kamarnya cukup banyak."
Jefri terdiam. Dia mencoba berpikir mengenai informasi yang Karis berikan. Satu hal yang langsung terlintas di otak Jefri, tidak mungkin ada pembunuhan kalau tidak karena alasan pembungkaman.
"Ini foto korbannya." Karis menunjukkan foto korban pertama yang diduga bunuh diri menelan ekstasi dan overdosis. Lalu, dia menggeser layar ponselnya, menampakkan korban keempat yang ditemukan tewas di hotel. Terakhir, korban di ruang karaoke yang membawa kasus pada seorang Barli.
"Coba foto yang sebelumnya." Jefri meminta ditunjukkan foto korban di hotel. Karis pun menggeser layar ponselnya.
"Sumpah! Sebajingan apapun aku, nggak pernah kepikiran bunuh anak orang sampai begini," gumam Jefri.
"Jadi? Apa menurutmu dia terkait juga dengan Barli?"
"Perempuan, hotel." Jefri berdecak ragu. "Kemungkinan iya, bisa jadi dia kurir wanita yang menyimpan narkoba di perut kemudian dibedah paksa karena barang yang dia simpan tidak bisa dikeluarkan dengan pencahar. Atau harus dikeluarkan karena kemasan keburu hampir pecah dan si kurir sekarat karena overdosis nelen obat banyak."
Karis menghela napas. Kasus ini sepertinya akan menguras energi dan pikiran.
"Barli memang suka nyediain perempuan buat om-om kaya. Menurutku, uler kayak Barli nggak mungkin kotorin tangan buat membunuh. Bisa jadi itu ulah orang lain meskipun tetap saja, Barli terkait."
"Jadi bener Barli terlibat perdagangan manusia?"
Jefri mengedikkan bahu. "Yang jelas dia sering keluar masuk area prostitusi. Beberapa kali dia datang ke tempat Victor dengan gadis muda dan gonta-ganti. Anak-anak polos yang menurutku butuh uang."
Karis menghela napas berat. Selanjutnya, dia mengetik pesan pada Jassen untuk mencari keberadaan Barli saat kematian korban pertama dan korban keempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)
ActionBeberapa perempuan muda tewas secara misterius dalam kondisi positif narkoba. Kejadian ini benar-benar memaksa Kapolda untuk bertindak cepat untuk menemukan dalang dari kasus ini, termasuk sebuah keharusan membentuk kembali tim yang sudah dibubarkan...