True Love

356 60 34
                                    

Selamat membaca 😊

***

13.30

Sesuai saran dari Karis, tim akhirnya dibagi menjadi tiga kelompok. Mario dan Doni fokus pada kasus pertama, Karis dan Jassen kasus dua dan tiga, sementara Val dan Abdul menangani kasus keempat.

"Jas, soal kemunculan Esa yang Kapolda bicarakan, itu bukan cuma akal-akalan kalian biar aku mau balik, kan? Nggak ada nama Esa di data kasus itu," ucap Karis di tengah pencarian data korban kedua dan ketiga bersama Jassen. Karis berbicara dengan suara lirih. Sungguh, dia tidak ingin orang-orang tahu tentang latar belakang Alma.

"Kapolda minta aku hapus kemunculan Esa di data itu. Tapi, beliau juga tidak yakin akan bisa terus melakukannya. Kalau Esa makin terlihat, otomatis kita tidak bisa menyembunyikannya lagi," jawab Jassen juga dengan berbisik.

Karis menghela napas.

"Kamu udah ketemu Alma belum?" tanya Jassen.

Karis menggeleng.

"Sama sekali?"

Kali ini Karis mengangguk. "Aku takut ganggu persiapan pernikahan dia sama Arsyad."

"Heh? Emang Arsyad nikahnya sama Alma?"

Karis mengendikkan bahu.

"Eh, kalau nggak tahu makanya nanya dong!" Jassen lalu mengetikkan sebuah kata kunci di laman pencarian. "Nih, Delisa Ayu. Calon istrinya Arsyad," kata Jassen lagi setelah layar komputer menampilkan akun Instagram seorang perempuan cantik bernama Delisa Ayu, lengkap dengan keterangan di bawahnya tertulis soon to be Mrs. Hamdan Arsyad.

"Kok bukan Alma?" Tanya Karis dengan raut polos. Entah mengapa hatinya justru lega.

"Ya emang bukan."

"Brengsek si Arsyad. Suruh jaganin Alma malah nikahin perempuan lain." Karis merasa kesal-- seharusnya-- dengan fakta bahwa Arsyad menikahi perempuan lain. Namun rasa kesalnya sepertinya tidak sejalan dengan hatinya.

"Kamu kira Arsyad satpam, suruh jagain Alma? Lagian ya kalau yang dijagain mau sih oke, kalau nolak? Kamu sendiri juga tahu persis, hatinya Alma buat siapa."

Karis hanya terdiam. Dia memainkan ujung pulpen, mengetukkannya di atas meja.

"Ya gimana kamu mau tahu soal hati Alma. Kamu sendiri aja nggak paham sama isi hati kamu sendiri," lanjut Jassen menyindir.

"Sudah. Kita ngomongin kasus aja, nggak usah ngomongin hati!" Karis langsung berpaling, menyibukkan diri dengan sesuatu di atas meja.

"Iya-iya, yang nggak punya hati."

"Ketemu!" Suara teriakan Abdul yang terlihat sangat antusias, membuat semua orang di dalam ruangan menoleh padanya yang sedang menatap ke layar komputer.

"CCTV minimarket yang berseberangan dengan rumah makan padang, sekitar delapan ratus meter timur hotel Geez, menangkap pertemuan korban dengan seorang pria paruh baya di rumah makan Padang yang berseberangan dengan minimarket itu," lanjut Abdul kembali berseru.

"Tayangkan di layar besar!" Perintah Komandan Salim.

Abdul mengangguk. Dia kemudian melakukan double click pada mouse yang dia pegang, sehingga tampilan layar komputernya berpindah pada layar besar yang tertempel di dinding tak jauh dari papan.

"Brengsek!" Karis mengumpat dengan suara lirih agak tertahan. Rautnya menegang karena emosi sekaligus khawatir. Sejurus kemudian, dia saling berpandangan dengan Jassen yang ada di sebelahnya. Jassen pun menghela  napas pasrah lalu menggeleng.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang