the Clue

274 61 22
                                    

Selamat membaca 😊
Part ini, no cinta-cintaan yaa wkwk

***

18.30

Dengan raut penuh emosi, Karis melangkah menuju ruang tim cybercrime. Dia sedang tidak ingin bergurau mengingat rencananya bersama Alma gagal malam ini karena kasus sialan yang begitu menyulitkannya.

"Di mana Ella?" tanya Karis pada Mario.

Sesuai dengan telepon tadi, Mario mengabarkan jika tim cybercrime, melakukan penggerebekan di hotel Biru lagi. Hotel yang pernah menjadi tempat Karis mengetahui keberadaan Razek dulu, kembali menjadi tempat praktik prostitusi online. Parahnya, mucikarinya tetap sama, Ella. Dan yang paling gila, Esa, bapaknya Alma, terlihat di CCTV hotel dan nyaris ikut tertangkap.

"Dia di dalam, Pak," kata Mario kemudian membukakan pintu ruangan di sebelahnya.

"Pak polisi ganteng." Ella langsung mengenali sosok tinggi dan tampan yang baru saja masuk. Dia tidak akan pernah lupa pada sosok yang sudah membuatnya buka mulut soal Razak waktu itu.

"Kamu belum kapok jualan perempuan, hah?" tanya Karis yang berdiri bersedekap di hadapan Ella. Tatapannya tajam seolah menusuk Ella, si mucikari itu. Ella hanya bisa tertunduk.

"Saya pikir kamu tobat dan cari kerja yang lebih baik!"

"Cuma ini keahlian saya, Pak."
Karis pun tersenyum asimetris. Sungguh menggelikan sekali. Keahlian macam apa jika mereka kerjaannya menjajakan perempuan pada lelaki hidung belang.

"Apa saya akan dihukum berat, Pak? Anak saya nanti gimana?" tanya Ella.

"Kalau kamu peduli sama anak kamu, harusnya kamu jadi ibu yang baik. Kasih makan mereka dengan uang halal!"

"Pak, tolong bantu saya!"
Karis mengedikkan bahu. "Itu urusan tim cyber, bukan urusan saya. Saya nggak punya wewenang."

"Tolong, Pak! Tolong, bantu saya seperti waktu itu. Saya janji setelah ini saya nggak akan masuk ke dalam bisnis ini lagi."

Karis pun menarik kursi, kemudian duduk di hadapan Ella. "Ya, sebenarnya saya bisa bernego dengan tim cyber tapi tentunya tidak gratis."

"Saya bayar, Pak! Bapak ganteng mau apa? Uang? Berapa?"

"Uang saya sudah banyak," kata Karis dengan ekspresi super arogan.

"Oh, bapak butuh penghangat ranjang? Bapak mau perempuan seperti apa? Yang amatir, polos, atau yang sudah berpengalaman?"

Karis kembali tersenyum asimetris. "Menjijikkan! Saya tidak berhasrat dengan hal-hal seperti itu! Saya butuh informasi."

"Informasi?"

Karis mengangguk. "Kenapa orang ini bisa ada di lokasi tempat kamu ditangkap?" tanya Karis sambil menyodorkan foto.

"Esa?" Ella langsung mengenali sosok dalam foto itu. "Dia bajingan tapi anak-anak yang dia tawarkan pada saya selalu menguntungkan. Gadis-gadis cantik dan polos."

"Jadi dia agen kamu? Agen penyalur perempuan yang siap dijual?" Ella mengangguk. "Apa hubungannya dengan laki-laki bernama Barli?"

"Barli?" tanya Ella. Wanita itu terlihat kurang familiar dengan Barli. "Oh, dia! Dia juga tukang jual perempuan. Anak-anak desa, atau mahasiswi yang sedang butuh uang. Dia pekerjaan di hotel, cafe, atau tempat karaoke tapi ujungnya naik ranjang juga kalau ada pelanggan yang mau."

"Brengsek!" umpat Karis tidak bisa ditahan lagi. "Bisnis kamu masih bersinggungan dengan narkoba juga kan? Ngaku!"

"Enggak, Pak. Saya sudah kapok dengan Razek dulu."

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang