Call her as mine

266 59 31
                                    


Selamat membaca 😊

***
08.00

Jassen:

Ada penarikan direkening yang kemarin, di ATM Jl. Monjali. Tempatnya sekitar 4km dengan lokasi nomor ponsel yang menelepon Alma tepat sebelum transaksi. Sekarang, nomor itu sudah nggak aktif. Lebih baik kamu segera ke kantor. Keterlibatan Esa sudah diketahui yang lain karena Barli sudah buka mulut, kita nggak bisa sembunyikan dia lagi.

Karis sudah berada di parkiran kantor. Dia agak ragu untuk melangkahkan kakinya masuk. Dia tahu, cepat atau lambat, semua ini akan terjadi, tetapi tetap saja, semua terasa berat. Dia khawatir dengan reaksi Alma. Dia harus menjelaskan pada Alma sesegera mungkin agar gadis kesayangannya itu tidak terkejut.

Sementara itu, di ruang khusus tim secret detectives, Doni, Mario, Jassen, Val, dan Abdul menunggu kehadiran Karis dengan gelisah. Pasalnya, meeting akan segera dimulai, tetapi si galak itu belum juga datang. Tidak biasanya Karis terlambat.

"Morning, everybody." Komandan Salim membuka pintu ruangan dengan raut sumringah.

"Nah, bos udah datang, Kris masih belum kelihatan," celetuk Val.

"Loh! Karis belum datang?"

"Belum, Bos. Tumben dia telat." Doni yang menjawab.

"Lha terus, ini?" Komandan Salim mengangkat sebuah map, membuat seisi ruangan mengernyit heran.

"Itu, apa, Ndan?" tanya Mario.

Komandan Salim lalu meletakkan map itu begitu saja di atas meja. "Tadi Kapolda telepon saya, katanya suruh bantuin Karis buat pengajuan biar cepet dan lancar, jadi ya udah, itu saya bawakan daftar persyaratan sama alurnya."

"Pengajuan? daftar persyaratan sama alur? ma-maksudnya?" Perasaan Doni mulai berkata jika akan ada sesuatu.

"Iya, persyaratan pengajuan pernikahan untuk anggota." Komandan Salim menjawab dengan santai tanpa beban, tetapi respons dari setiap orang di sana justru terlihat aneh. "Kenapa pada diem melongo gitu?" tanya Komandan Salim heran.

"Ini Karis yang mau mengajukan pernikahan? Ka-karis ...." Doni masih terlihat linglung tidak percaya.

"Ya iya, Karis, siapa lagi? Masa iya saya? Kan saya udah punya," canda Komandan Salim, tetapi sama sekali tidak mengundang tawa anak buahnya.

Bukan apa-apa, seorang Karis dan urusan asmara bukanlah satu kesatuan bahkan hampir mustahil bersanding. Semua orang tahu itu. Jadi jika tiba-tiba Karis disangkutkan dengan persoalan asmara, apalagi pernikahan tentu membuat orang terkejut.

"Tapi ya bener sih mungkin. Secara beberapa waktu lalu, dia cerita kalau dia berniat melamar,"celetuk Val.

Jassen terhenyak. "Serius kamu, Beb?"

Val mengangguk. "Iya. Ada Mario juga kok pas dia cerita. Iya kan, Yo?" Mario mengangguk sebagai jawaban.

"Melamar siapa?" tanya Doni

"The one and only, perempuan di hidup Karis dan aku pikir satu-satunya perempuan yang bakal mengimbangi gilanya Karis, ya Dokter Alma."

"Betul! Keponakannya Kapolda kan? Tadi sih beliau bilang gitu," sahut Komandan Salim.

"Alhamdulillah! Akhirnya itu anak membuktikan diri kalau dia normal," pekikan syukur terlontar dari mulut Abdul. Bapak dua anak itu terlihat benar-benar senang dan bersyukur.

"Alhamdulillah! Stok perempuan akhirnya segera aman! Saingan terberat sudah mau tersegel!" Mario tak kalah girang.

"Kalian ini ada-ada saja. Tahu kabar teman mau menikah malah begitu," ucap Komandan Salim sambil terkekeh.

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang