Your Smile

294 65 3
                                    

Selamat membaca ❤️

***

09.00

Kamu yakin itu penculiknya?" Tanya Doni.

"Kenapa, Don? Ada masalah?" Tanya Karis yang mendengar percakapan Doni dan Jassen melalui radio.

"Wajah yang di foto berbeda dengan pengemudi SUV hitam yang baru saja aku dan Mario tangkap."

Sesuatu yang salah mungkin sedang terjadi.

Ponsel Karis dan Abdul bergetar hampir bersamaan.

"Aku sudah kirim foto laki-laki pengendara SUV sama KTP-nya di grup," kata Doni.

"Val, gantiin Alma di dalam. Kita perlu tanyain dia soal ciri-ciri penculiknya. Kemungkinan Alma sempat melihat tadi," ucap Karis.

"Tanya adikku saja biar benar-benar jelas." Abdul menyahut.

Val menggeleng. "Zahra bisa histeris," katanya lalu masuk kembali ke ruangan tempat Zahra dan Alma berada. Tak lama dari itu, Alma keluar.

"Kenapa, Ris?" tanya Alma.

"Kamu sempat lihat penculiknya?"

"Sekilas."

"Mana yang kamu lihat?" Karis menunjukkan dua foto pada layar ponselnya.

Tidak butuh waktu lam, Alma langsung menunjuk pada foto kiriman dari Jassen. "Yang ini. Aku cuma lihat sekilas tapi aku yakin yang ini. Potongan rambut dua orang ini beda, dan aku melihat yang belah tengah, bukan yang cepak."

"Kata Alma, dia melihat Hendi bukan Agung." Karis kembali berbicara melalui radionya.

"Terus aku sama Mario salah tangkap gitu?"

"Ada panggilan masuk di ponselnya, Pak." Terdengar suara Mario di belakang.

"Bawa saja dia ke kantor. Kita cari tahu dulu sedetail-detailnya." Suara perintah dari Komandan Salim akhirnya menjadi jalan tengah yang langsung dijawab dengan kata siap oleh Doni.

"Syad, kamu bawa aja mobilku, balik ke kantor sama Abdul. Val biar di sini nemenin Zahra. Aku nanti nyusul. Aku mau antar Alma dulu," kata Karis kemudian.

"Biar aku sama adikku," sahut Abdul.

Karis menggeleng. "Emosi kamu nggak stabil. Zahra butuh tenang."

"Iya, Pak Abdul. Zahra tadi juga sempat bilang, dia takut ketemu Pak Abdul, takut dimarahi," sambung Alma.

"Mending kamu ke kantor sama aku, terus hubungi keluarga kamu, kabarin kalau Zahra baik-baik saja." Arsyad pun ikut bicara. Abdul akhirnya mengangguk pasrah. Dia akhirnya pergi bersama Arsyad.

"Yuk, Al," ajak Karis kemudian sambil menarik tangan Alma dengan lembut.

"Sebenarnya aku bisa sendiri loh, Ris, kalau kamu sibuk dan harus ke kantor."

Karis menggeleng. "Nggak. Kamu aku antar," ucap Karis tanpa ingin dibantah.

***

Diperjalanan, baik Karis maupun Alma, tidak banyak bicara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Alma dengan pikirannya soal Zahra dan para korban lain, sedangkan Karis justru memikirkan soal perasaannya.

“Serem ya, Ris. Modus kejahatan sekarang macem-macem.” Alma angkat suara.

“Iya. Makanya kamu hati-hati, Al. Lain kali kalau ada gimana-gimana lagi, langsung telepon aku kayak tadi ya?"

The New Chapter (Sekuel Beyond the Mission)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang