※ 41

251 36 11
                                    

double update, silakan scroll up kalo belum baca

happy reading!













Kimi tahu tentang Doyoung yang diam-diam meminta Donghyuck untuk memberitahu kabar terbaru dari Erica. Awalnya, dia agak merasa seperti... kesal? Entahlah. Bagaimana pun, yang dia tahu selama ini adalah bahwa Doyoung adalah seorang pria yang terang-terangan menunjukkan bagaimana perasaannya pada Jia.

Tapi setelah mendengar cerita tentang Doyoung saat terakhir kali bertemu dengan Rosé, Kimi tidak lagi merasa seperti itu. Justru dia bersyukur dan berharap ada keajaiban yang membuat Doyoung mengingat semuanya -walaupun kemungkinannya hanya kecil.

Anyway, gips di kaki Erica sudah bisa dilepas hari ini. Tapi sepertinya, penderitaan Erica belum berhenti hanya sampai di situ. Hanya selang dua jam setelah gadis itu berhasil berdiri di atas kakinya sendiri, Erica terpaksa dibawa kembali ke ruang rawat dan harus mendapatkan transfusi darah karena tiba-tiba mendadak mimisan hebat.

Donghyuck yang terakhir kali bersama Erica tentu saja menjadi sasaran pertanyaan, tapi pemuda itu tidak tahu menahu juga. Hanya jus mangga, dan Donghyuck juga meminumnya. Jadi, mustahil ini penyebabnya.

Justru kemudian keterangan Johnny yang menarik perhatian Kimi.

Johnny meminta Kimi menunggui Erica di ruang rawat sampai walinya datang, tapi justru Kimi melemparkan tugas itu pada Donghyuck.

"John, tunggu."

Tidak menanggapi, Johnny terus melangkah. Langkahnya yang lebar membuat Kimi harus berlari kecil demi bisa meraih lengan coat suaminya itu.

"Aku nggak tau apa sebabnya, kamu jangan maksa aku buat ngasih penjelasan," ujar Johnny, mendahului Kimi yang baru saja menarik napas, hendak berkata-kata.

"Aku dokter, bukan dukun. Yang aku bisa periksa itu fisiknya, bukan rohnya. Dan Erica sehat-"

"Tapi kamu tau ada yang nggak beres sama dia," sela Kimi.

"Terus?"

Kimi menghela napas, kemudian melepaskan coat Johnny.

"Aku nggak akan ngurusin masalah yang bukan urusanku," ujar Johnny.

"Tapi -"

"Aku sibuk." Johnny kembali beranjak, mengabaikan Kimi yang bahkan belum menyelesaikan kalimatnya. Langkahnya terlihat konstan, sama sekali tidak terlihat seperti sedang kabur atau sengaja dipelankan agar Kimi mengikuti.

Dan pada kenyataannya, Kimi memang tidak mengikuti. Batinnya terlalu lelah. Kontradiksi dalam dirinya membuatnya terus berada di titik nol.

Berhenti sejenak untuk menunggu pintu lift terbuka, akhirnya pria itu naik ke lantai di mana kantornya berada. Sendirian, tangan Johnny mengepal. Helaan napasnya terdengar kasar dengan mata terpejam rapat beberapa detik. Tidak berapa lama kemudian pintu lift terbuka, bersamaan dengan cairan merah yang merembes turun dari hidungnya.

l a s t

"Targetmu udah di depan mata, kenapa kamu malah berlagak buta???"

Suara cambukan terdengar semenggelegar petir, bersama itu pula tubuh Johnny rasanya dikoyak habis, hancur. Gelap, Johnny tidak bisa melihat apa pun. Tapi dia bisa merasakan dengan jelas bagaimana marahnya Beth saat itu.

"Aku udah nyontohin gimana seharusnya kamu musnahin dia, apa kurang jelas?"

"Akh!" Johnny berjingkat, bergetar memandang benda pipih dengan tepian retak yang menembus dadanya sedetik setelah suara hunusan logam mendesing. Bisa dia rasakan bagaimana panas dan dingin bergantian mengiris dagingngya, kemudian benar-benar mematikan seluruh inderanya.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang