※ 26

413 80 13
                                    

Sejak aktifitas Johhny bertambah, rasanya dia pulang ke rumah hanya untuk tidur. Ya, Johnny sekarang harus pergi ke gym di sela-sela kesibukan kerjanya. Tentu saja dia tidak memberitahu Chrys. Padahal ini bukan hal yang perlu disembunyikan, tapi setiap Chrys bertanya, jawaban Johnny pasti hanyalah, "Business."

Seperti biasa, setelah mengantar Chrys pulang, Johnny pergi ke gym. Biasanya jam 8 malam dia akan kembali, dengan membawa makanan untuk menyumpal mulut Chrys agar tidak banyak bertanya.

Nice move!

Khusus hari Minggu, itu adalah hari libur Johnny. Dia tidak akan pergi ke rumah sakit kalau tidak ada kepentingan mendesak. Jadi, dia akan pergi ke gym pada pagi hari, dan selanjutnya dia akan pergi ke taman kota untuk jogging. Terik, karena dia melakukannya di siang hari. Tapi tak apa, demi otot.

Coach Wonho kebetulan sedang free, kliennya yang lain hari ini bilang akan mengambil off. Jadi, dia ikut Johnny. Hitung-hitung membenarkan cara Johnny menggunakan kakinya.

"Nggak, jangan gitu kalo lari," komentar Coach Wonho. Pria itu kemudian memegang pundak Johnny, sedikit mencondongkan badan kliennya itu ke depan sambil memberi contoh. "Kalo lari, condongin badan ke depan. Jangan terlalu rendah, nanti malah terjungkal."

"Begini?"

"Nice," angguk Coach Wonho. "Kalo badan kamu tegak, punggungmu bisa sakit. Ya, kan?"

"Ah.. jadi gitu?" Johnny memegangi punggungnya. Iya, memang dia kadang merasa sakit di punggung saat jogging, padahal seingatnya dia sudah melakukan pemanasan dengan benar.

"Begitu juga dengan kaki, jangan pake tumit, gunain kaki bagian depan," ujar Coach Wonho lagi.

"Jinjit?"

"Nggak sampe jinjit juga, tapi ya, gunain kaki bagian depan. Dan ditambah dengan badan yang agak condong ke depan, itu bisa menghemat tenaga, selain itu benturan di bagian belakang berkurang, jadi gak akan sakit di punggung," jelas Coach Wonho. "Coba aja, bedain gimana rasanya lari pake ujung kaki dan pake tumit."

Johnny mempraktekkan apa kata Coach Wonho. Hanya beberapa langkah, tapi sepertinya dia bisa merasakan perbedaannya.

"Terus, kalo lari jangan ditahan. Aku lihat langkahmu masih kurang luwes," komentar Coach Wonho lagi. "Lempar aja langkahnya, jangan ditahan. Energinya biar gak kebuang sia-sia."

Johnny mengangguk sambil tersenyum kecil. Entahlah, sepertinya sangat senang karena mendapat ilmu baru. Malu juga, karena dia seorang dokter tapi melakukan hal sekecil ini masih banyak kesalahan.

"Jadi berasa kayak atlit sepak bola," canda Johnny.

Coach Wonho ikut tertawa kecil. "Kalo mau jadi atlit sepak bola, latihannya lebih kompleks. Atau kamu mau coba?"

"Nggak, makasih," jawab Johnny cepat. Pria itu menggerakkan kakinya, berlari kecil di tempat sambil masih memasang senyum lebar pada Coach Wonho.

"Ya udah, silakan dilanjut. Aku istirahat sebentar." Coach Wonho berjalan ke salah satu bangku panjang, tapi bukannya lanjut jogging, Johnny malah mengekor di belakang coachnya itu.

"Kenapa?" tanya Coach Wonho.

"Udah capek, hehe.."

Coach Wonho tersenyum simpul, kemudian duduk dan memberi space untuk Johnny.

Mereka berdua bercakap ringan di sana, mulai dari riwayat kerja, kesibukan sekarang selain gym, dan banyak lagi. Ternyata Coach Wonho itu orang yang hangat. Johnny sedikit tertipu dengan bentuk kekar badannya.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang