※ 17

476 89 11
                                    

2 tahun kemudian...















"Congratulations Doctor Johnny," salam seorang staf rumah sakit milik Ayah Johnny.

Johnny mengangguk, tersenyum lebar—dengan wibawa yang masih lekat menempel.

"Thank you."

Jadi, hari ini adalah hari serah terima jabatan, yang mana Mr. Seo resmi pensiun dan digantikan oleh putranya—siapa lagi kalau bukan Johnny Seo. Sebagai direktur utama yang baru, tidak mungkin Johnny tidak stres.

Percayalah, kesenangannya hanya sesaat. Bahkan siang ini baru saja dia dilantik, tapi kepalanya seketika berkedut pening melihat tumpukan berkas di meja kerjanya.

"Wow.." Seorang gadis tiba-tiba membuka pintu ruangan Johnny, kemudian melangkah masuk dan memberi salam pada Bapak Direktur Utama yang segera mengulas senyum.

"Ngapain kesini?" tanya Johnny.

"Liat-liat, siapa tau aku ketularan mujur," ujar gadis itu enteng, kemudian mengambil duduk di sofa di dalam ruangan itu.
"Udah kuduga, emang seempuk ini sofa bapak direktur."

Johnny tersenyum simpul, tapi senyumnya mendadak hilang sesaat setelah dia memeriksa arlojinya. "Heh, kamu gak sekolah?!"

"Bolos."

"Hah?"

"Hari pertama gak mungkin ada pelajaran," ujar gadis itu.

"Heh, Seo Herin," pelotot Johnny.

"Kamu keluyuran ke New York padahal kuliahmu belum selesai, tapi pada akhirnya tetep naik ke jabatan ini. Jadi aku pasti juga bakal baik-baik aja. Bolos sehari gak bakal ngaruh," celoteh gadis itu—Seo Herin, sepupu Johnny, putri dari adik Mr. Seo.

Kalau kalian penasaran,  Mr. Seo itu dua bersaudara. Sedangkan Henry adalah kakak dari mendiang ibu Johnny. Dan pria itu tidak ada di sini sekarang.

Padahal dia sudah berjanji akan datang saat serah terima jabatan ini dilakukan. Tapi ternyata semua hanya bualan. Bahkan kontak Henry sama sekali tidak bisa dihubungi. Seolah ditelan Bumi, Henry benar-benar menghilang.

Johnny menghela nafas. Sudahlah, Henry memang se-random itu.

"Denger-denger abis gini Kak Johnny mau bikin yayasan baru, ya?" tanya Herin.

"Tau dari mana?"

"Nguping."

"Orang kalo kebanyakan nguping, ntar kupingnya ngomong sendiri," ketus Johnny, duduk di kursinya dan lekas membuka beberapa berkas di mejanya.

"That's bullshit," cibir Herin.

"Terserah kalo gak percaya."

"Kesalahan kalo kamu mau ngebohongin aku. I'm 17, in case you forget. Bukan lagi anak 4 tahun yang kamu bohongin, bilang ikan ternyata kecebong."

Johnny tertawa mendengar celoteh Herin, membuatnya sedikit bernostalgia.

Ya dulu, saat dia masih SD, dia mengerjai Herin. Itu karena anak itu selalu minta Johnny agar menangkapkan ikan dari sungai dekat rumah mereka. Padahal Johnny bilang kalau di sana tidak ada ikan, yang ada katak.

Tapi Herin keras kepala. Dan Johnny lama-lama jengah. Karena geram, maka akhirnya Johnny menangkap kecebong.

Masih Johnny ingat bagaimana ekspresi Herin waktu itu. Di awal dia sangat senang. Tapi setelah tahu kalau kaki 'ikan'nya tumbuh, dan kemudian berubah menjadi katak-katak kecil, tidak bisa dideskripsikan bagaimana marahnya anak itu.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang