※ 20

476 90 15
                                    

Henry tidak tahu apa yang Chrys lakukan. Pria itu hanya mengikuti apa perkataan Knight itu, menjaga Johnny di seat belakang. Sekalipun saat ini Chrys mengemudi seperti pembalap liar, berkelok-kelok di jalanan, sekalipun perlaban perutnya mulai mual dan kepalanya yang sudah pening bertambah pusing, Henry tetap merengkuh Johnny yang sama sekali tidak kelihatan terganggu.

"Dia masih hidup, kan?"

Henry terperanjat, segera meletakkan jarinya di depan hidung Johnny. Napas pria itu masih ada, tapi denyut nadinya kian melemas. Bahkan darahnya masih terus mengalir keluar.

Kalau begini terus Johnny benar-benar bisa mati.

Chrys hanya melihat pantulan ekspresi wajah Henry dari pantulan spion, tapi dia bisa menebak apa yang pria paruh baya itu pikirkan. Oleh karena itu, dia segera menambah kecepatan. Sebisa mungkin secepatnya mengemudikan mobil yang sebenarnya sudah kepalang ngebut itu untuk sampai rumah sakit terdekat.

l a s t

Entah berapa lama Chrys mondar-mandir di depan ruang operasi, dia tidak ingat. Yang dia pikirkan sekarang adalah keselamatan Johnny.

Berkali-kali Chrys mendekati pintu, menempelkan telinganya di sana barang kali ada kabar baik yang bisa tertangkap telinga. Tapi tidak ada, Chrys tidak mendengar apapun.

Chrys menoleh saat ada orang lain yang datang. Henry, dengan beberapa balutan pada bekas lukanya. Pria itu terlihat agak ragu dan takut, tapi pada akhirnya tetap berjalan menghampiri Chrys yang masih berdiri di tempatnya.

"Makasih," lirih Henry.

Chrys tidak menjawab, kembali menoleh pada ruang operasi yang masih tertutup rapat.

"Tapi —kenapa kamu ngelakuin ini?" tanya Henry lagi, membuat Chrys sekali lagi menatap paman Johnny itu.

"Kenapa kamu malah melukai temenmu sendiri dan nolong aku?"

"Aku gak nolong kamu."

"Tapi —"

"Menurutmu musuhmu akan semudah ini berubah pihak?" potong Chrys, membuat Henry seketika membelalak bingung. Apalagi setelah itu Chrys melangkah mendekat, Henry semakin takut.

Tangan Chrys terulur, mencengkeram leher Henry dan memojokkan pria itu di dinding. "I killed you."

"H-hah?"

Chrys menghela napas kemudian melepaskan leher Henry yang masih bengong. "Kamu udah mati, jadi tugasku udah selesai."

Henry masih bingung, tapi helaan napas Chrys yang terdengar pasrah membuatnya sedikit lega. Setidaknya, Chrys tidak akan membunuhnya —untuk sekarang.

Henry masih memperhatikan Chrys yang berjalan menjauh, menghempaskan dirinya di kursi panjang depan ruang operasi. Ekspresi wajahnya terlihat kalut, dengan mata cemas berkali-kali menoleh ke arah pintu ruang operasi.

"K-kamu butuh perawatan juga," ujar Henry, kembali menyita perhatian Chrys.

"Lukamu butuh diobati," ujar Henry lagi.

Seolah diingatkan, Chrys tiba-tiba merasakan ngilu luar biasa di pergelangan tangan kanannya yang tadi diputar oleh Kai dengan kasar. Entah sendinya bermasalah, atau malah tulangnga patah, Chrys tidak tahu. Kalau dilihat, bahkan bentuknya terlihat sedikit aneh, seperti bergeser dari tempat semestinya.

"Mau aku anterin?"

Chrys menatap Henry sejenak, akan tetapi pada akhirnya memilih untuk buang muka.

"Kalo gak diobati —" Kalimat Henry terhenti saat Chrys tiba-tiba berdiri dari duduknya. Wanita itu berjalan mendekati Henry.

Padahal Henry sudah memasang posisi siaga, tapi ternyata Chrys hanya menepuk pundaknya pelan, kemudian berlalu.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang