※ 11

651 105 17
                                    

❕ part ini mengandung kekerasan ❕
please be wise

2000+ words, beware of typos
enjoy!











Sore hari, Jeffrey dan Rosé memutuskan untuk pergi karena jadwal penerbangan mereka juga sudah semakin dekat. Tadinya Chrys ingin meminta tolong pada Johnny untuk ikut mengantarkan ke bandara, tapi Jeffrey menolak.

Dia bilang, "Sampein maafku. Kayaknya aku tadi keterlaluan."

"Ya emang!" balas Chrys.

Sepeninggal Rosé dan Jeffrey, Chrys masuk ke dalam rumah. Dia pergi ke dapur —pemandangannya masih sama dengan tadi pagi. Johnny sepertinya gagal memasak karena berbagai bahan makanan masih tergeletak di atas meja.

"John?" Chrys mengetuk pintu kamar Johnny, tapi tidak ada sahutan. Pelan-pelan dia membuka pintu itu, dan ternyata Johnny tertidur dengan posisi meringkuk seperti udang.

Chrys menghela nafas, dengan pelan dia kembali menutup pintu lalu beranjak menuju dapur. To be honest, dia lapar juga. Jadi dia mengambil apron, cuci tangan lalu mulai memasak.

Sebenarnya Johnny tidak tidur. Dia menengok ke arah pintu sesaat Chrys menutupnya, kemudian bangun dan duduk bersila di atas ranjang. Dia menghela nafas berat, mendadak dilema dengan pikiran-pikiran yang berseliweran dalam benaknya tentang apa saja yang sudah terjadi 2 minggu belakangan —tentang Chrys, tentang dewa itu dan tadi, tentang Jeffrey dan Rosé. Lalu kenapa yang tahu identitas asli Chrys harus dibunuh? Johnny kira seorang intel tidak akan segegabah itu menghabisi nyawa orang.

Dan lagi, dia intel dari negara mana? Vatikan? Johnny sempat mendengar kata itu terucap dari bibir Jeffrey sebelum dia masuk ke dalam kamar tadi.

Tapi untuk apa orang Vatikan berada di sini? Dan Johnny kira Vatikan itu negara yang religius, tapi sepertinya kata 'membunuh' sangat biasa diucapkan.

Oh, atau ada teori konspirasi yang Johnny lewatkan?

Ah, entahlah, Johnny bingung. Pria itu menggosok wajahnya kasar sebelum kembali menjatuhkan punggungnya ke atas kasur.

Johnny menatap langit-langit kamarnya. Dalam hati ingin tahu segalanya, tapi di sisi lain dia takut. Bagaimana kalau balasannya adalah nyawa?

l a s t

tok tok

"John? Udah bangun belum?"

Johnny yang sedang bersantai sambil bersandar pada head bed nya menoleh pintu yang sedikit terbuka setelah diketuk, kepala Chrys menyembul dari sana kemudian.

"Apa?" tanya Johnny.

"Makan, udah aku masakin," ujar Chrys sambil membuka pintu lebih lebar.

"Nggak, kamu makan sendiri aja. Aku abis gini mau keluar." Johnny bangun dari kasurnya, berjalan ke arah lemari untuk memilih kemeja mana yang akan dia kenakan. By the way, dari tadi dia ber-chatting dengan Ren soal Chrys. Dia benar-benar butuh teman berbicara agar tidak gila memikirkan ini semua.

"Makan di luar?" tanya Chrys.

"Mungkin," jawab Johnny acuh.

Chrys menghela nafas. "Gak boleh."

Johnny menoleh Chrys aneh.

"Kamu gak boleh keluar sebelum makan. Aku udah susah payah masak tau," kata Chrys.

"Salah sendiri mau repot," cibir Johnny.

"Makan gak?"

"Nggak."

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang