※ 43

183 32 12
                                    

"... sebelum semuanya berakhir—sebelum semuanya menghilang, tolong selametin Johnny."

Kimi tidak tahu apakah tindakan ini tepat, tapi sepertinya hanya Erica harapan yang dia punya. Bukankah Erica kuncinya? Jadi, Kimi rasa hanya Erica yang bisa membebaskan semua jiwa yang terkurung di sini.

Dan, ya, pada akhirnya Kimi memihak Rosé. Meskipun dia tahu kalau ini bukan tujuannya dihidupkan kembali, tapi Kimi rasa Kimi punya hak untuk menentukan pilihan.

Kimi hendak menuju ruang rawat Donghyuck saat tiba-tiba atmosfir terasa memekat. Mengikuti aura tipis yang beterbangan di udara, Kimi kini akhirnya tiba di depan ruangan yang memang dari awal menjadi tujuannya.

"Kok terkunci?" monolog Kimi saat berusaha membuka pintu. "Hyuck? Kamu di dalem?"

Atmosfir yang pekat itu kian membuat sesak sampai kaki Kimi gemetaran. Ada sesuatu yang terjadi. Ada yang datang ke sini.

Menyadari kemiripan aura yang pekat itu dengan Beth, kelopak mata Kimi membulat. Saat dia melihat sekeliling, semakin dia bingung. Semuanya terhenti, semua perawat dan pasien yang berada di luar ruangan sama sekali tidak bergerak.

Tentu saja Kimi panik, sesuatu benar-benar terjadi dan dia yakin ini berasal dari kamar Donghyuck.

Dengan segenap tenaga yang dimiliki, Kimi segera berlari berputar haluan mengitari seluruh koridor untuk bisa mencapai luar bangunan. Untung kamar Donghyuck ada di lantai satu, jadi Kimi tidak kesulitan bagaimana bisa masuk.

Pintu jendela kamar Donghyuck tertutup, tapi Kimi bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana karena kelambunya terbuka. Kimi menggedor jendelanya sekali, meneriakkan nama Donghyuck yang sama sekali tidak bisa berkutik, meronta di bawah dinding seolah ada sesuatu yang mengikat badannya di sana.

Tapi bukan itu yang membuat sebagian diri Beth di dalam diri Kimi terbangun, melainkan seorang gadis berambut sebahu yang sibuk membentur-benturkan gadis lain yang kelihatan bisa mati kapan saja ke dinding.

"Queen."

Kimi tidak bisa membedakan apakah itu suara Beth atau berasal dari dirinya sendiri, tapi dia menerima uluran anak pahan dari Beth tanpa bertanya. Sesaat bola matanya bergulir ke kanan dan ke kiri mengikuti arah Jia membanting Erica, akhirnya Kimi mengunci targetnya.

Tanpa busur, Kimi melemparkan anak panah di tangannya seperti melempar mata tombak. Kaca ruangan pecah berserakan, dan saat itu juga Kimi segera melompat masuk dari jendela.

Kimi tidak mengira kalau anak panah itu akan menancap di punggung Jia, tapi kesempatan itu tidak serta merta dia buang. Ada setitik rasa senang saat akhirnya dia bisa menghentikan Jia. Andai telat sedikit saja, mungkin Erica sudah mati.

Donghyuck terlepas dari sihir Jia, oleh karena itu dia segera bangkit dan menyeret Doyoung keluar dari ruangan itu.

Jia mengerang, berusaha mengenyahkan Kimi yang sekarang menguncinya dalam keadaan tengkurap di lantai.

"Lepasin! Kamu mau mati??" hardik Jia.

Kimi tertawa miring. "Sorry, tapi aku udah pernah."

Jia mendengus kasar, kemudian tertawa sarkastik. Kimi yang tadinya tenang karena Jia tidak mungkin lepas dalam posisi itu membelalak saat melihat panah yang menancap punggung Jia pelan-pelan lenyap menjadi debu yang beterbangan.

"Hyuck!" pekik Kimi, tepat saat Donghyuck berhasil menyeret Erica keluar dari sana. Pintu tertutup dengan keras, andai saja Erica tidak menarik kakinya, mungkin akan terjepit. Melihat betapa keras pintu itu terbanting, mungkin saja tulangnya bisa patah.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang