※ 25

454 75 16
                                    

Pada akhirnya, Johnny membiarkan Chrys terus berada di sekitarnya. Selain untuk mencegah ayahnya banyak berbicara, Johnny juga menjadi lebih tenang—somehow.

Setidaknya, dia tidak lagi bermimpi buruk. Tidak ada lagi sosok abstrak yang menakut-nakutinya setiap saat dia terpaksa bangun tengah malam. Dan, entahlah.. rasanya nyaman ketika melihat seseorang lain berada di sekitarnya saat akan pergi tidur maupun saat bangun.

Badannya terasa lebih segar. Johnny tahu kalau dirinya kadang memang kesulitan tidur kalau tidak ada suara. Tapi dia tidak menyangka kalau hanya melihat ada seseorang di sekitarnya membuat suasana senyaman itu.

Entahlah.

"Kayaknya bos besar mau kesini," ujar Chrys sambil meletakkan beberapa lembar berkas di atas meja depannya.

Johnny melirik Chrys sebentar. Penampilannya yang sangat normal —blouse peach dengan balutan jas lab dan name tag yang terkalung rapi dengan sebuah pas foto di atas namanya, membuat Johnny mengulas senyum tipis.

Sangat manusiawi. Padahal kalau di luar rumah sakit, sikapnya bisa lebih liar daripada singa.

"Tau dari mana?" tanya Johnny sambil melihat sekilas berkas itu.

"Feeling."

"Wow," gumam Johnny datar.

"Mungkin mau ngobrolin yayasan yang mau kamu bangun di Korea."

Johnny berdengung, hanya mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi tebakan Chrys. Dia tidak akan mengelak lagi, karena 90% yang Chrys sampaikan sering menjadi kenyataan.

"Tapi kenapa Korea? Kenapa gak tempat lain aja?"

"Emang kenapa?" Johnny bertanya balik.

"Ya gak papa. Tapi kan jauh."

"Sejauh apa pun, toh kamu tetep ikut aku, kan?"

Chrys menatap Johnny aneh. "Are you flirting right now?"

Johnny menggerakkan alisnya, balas menatap Chrys aneh. "No."

"You're flirting."

"Isn't it the reality?" Johnny berjengit. "Maksudku —kita... ya, kan?"

Chrys melepas senyum kecil, kemudian mengibaskan tangan di depan wajah dan memilih untuk mengambil jarak dengan pria yang masih menatapnya menuntut itu.

"Hey, jangan bilang kamu cuma omong kosong soal kita yang harus selalu sama-sama," tuntut Johnny. Seolah baru menangkap seseorang melakukan kesalahan, pria itu tidak mau mengalah meskipun Chrys berkali-kali menggelengkan kepalanya. Wajah wanita itu perlahan berubah merah —bukan karena merasa takut dengan tatapan Johnny yang dibuat mengintimidasi, tapi —entahlah. Dia hanya merasa lucu.

"Hey," panggil Johnny, mulai kesal karena akhirnya Chrys gagal membendung tawa.

"Chrysanna."

Chrys menoleh Johnny. Masih sambil tertawa, dia bilang, "Gimana bisa seorang dokter senaif ini?"

Johnny mendengus. Dengan kasar dia membalik kertas di depannya. Ingin hati berfokus pada berkas itu, tapi tawa Chrys yang tidak kunjung berhenti terdengar begitu menggangu.

Johnny mengetukkan ujung pennya ke meja, meminta Chrys diam. Tapi yang ada wanita itu malah makin meledek. Tidak tahan geram, pada akhirnya dia melemparkan pennya ke arah Chrys seolah melempar dart. Harapannya agar setidaknya mengenai wanita itu dan dia mau diam, tapi nyatanya pen itu Chrys tangkap dengan sempurna, malah mengundang tawa lain yang lebih menjengkelkan.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang