※ 34

381 64 11
                                    

Kimi terbangun saat mendengar sesuatu, dan benar, Johnny mengigau lagi, bahkan terlihat sangat ketakutan saat pertama kali terbangun karena sentuhan Kimi.

It's okay, it's okay,” tenang Kimi, segera meraih segelas air di atas nakas dan memberikan pada Johnny yang masih memasang wajah panik dengan raut pucat pasi.

“Mimpi buruk lagi?” tanya Kimi. Johnny mengangguk kaku, kemudian meneguk sisa air di dalam gelasnya sebelum memberikannya kembali ke Kimi.

“Apa lagi? Kamu didatengin sama hantu lagi?” tanya Kimi.

“Hmm.. dia hampir ngebunuh aku.”

Kimi menghela napas, mengusap-usap punggung Johnny pelan. “Haruskah kita pindah kamar? Atau gak.. pindah rumah? Seingetku kamu gak pernah gak mimpi buruk semenjak kita pindah ke sini.”

“…”

“Mungkin emang ada sesuatu di rumah ini, makanya kamu juga selalu merasa gak tenang,” tambah Kimi.

Johnny kembali menghela napas panjang —napas yang justru membuat dadanya semakin sesak. Dalam hati, dia membantah apa yang Kimi katakan. Karena pada kenyataannya pun sebenarnya Johnny tahu dengan sangat pasti apa yang membuat tidurnya selalu tidak nyenyak, bahkan hampir setiap malam mimpi buruk.

Beth. Johnny rasa dewa itu selalu menagih janjinya. Padahal Johnny berulang kali mengiyakan bahwa dia akan menemukan Queen dan membunuhnya suatu saat, tapi Johnny tidak habis pikir kenapa Beth justru seperti ini. Bayangan akan Beth yang menusuk jantung Johnny saat pertama kali kontrak terikat terus terputar, seolah Beth berusaha menunjukkan akan jadi seperti apa Johnny jika janji itu tidak dia tepati.

Dan tentu saja hal itu tidak bisa Johnny katakan pada Kimi. Dia tidak mau istrinya itu tahu apa yang dia lalui sampai bisa sejauh ini. Dia tidak ingin Kimi tahu tentang kontrak itu. Ya, dia bersyukur banyak memori Kimi yang hilang. Bagaimanapun, dia takut bagaimana akan menjelaskan pada istrinya itu tentang perjanjian konyolnya dengan Beth. Dan dengan begini, Kimi tidak akan marah —dan Johnny bisa membuat plot baru; seolah hidup mereka memang selalu bahagia.

“Nggak papa,” sahut Johnny setelah lebih tenang. “Yayasan kita di Korea hampir jadi, sekalian pas itu aja nanti pindahnya, biar gak terlalu banyak ngeluarin biaya.”

Kimi tertawa kecil. “Mikirin duit sekarang?”

Johnny menghela napas. “Iya lah, kan kamu boros. Aku yang cari duit juga harus bisa ngontrol keuangan.”

“Tapi kan keuangan yang ngurus istri.”

“Atau mau tuker posisi aja? Kamu yang cari duit, dan aku yang ngehabisin?”

“Ih, enak banget?!” Kimi berjengit.

“Ya udah, sini tidur lagi.” Johnny meraih bahu Kimi dan kembali berbaring, merengkuh istrinya itu dalam dekapannya.

“Emang yayasan kita di Korea udah berapa persen?”

“Sekitar 70%,” jawab Johnny.

“Berarti kita pindahnya sebentar lagi?”

“Hmm, mungkin tahun depan —atau kalo semua berjalan lancar, gak akan lebih dari 6 bulan,” ujar Johnny.

“Kamu gak pengen ngontrol kesana?”

“Kamu pengen kesana?”

“Mm…”

“Udah diurus sama Om Henry, sih. Kita tinggal terima jadi. Aku gak mau susah juga, haha.”

Kimi berdecak. Sambil mengeratkan pelukannya pada Johnny, dia bertanya, “Kamu udah siap jadi dokter lagi?”

How about you?”

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang