※ 45

328 36 17
                                    

song recommendation:
eaJ - 50 Proof

happy reading!




















Kimi berjalan gontai menuju tempat yang ditunjuk Jeffrey. Bersamaan dengan langkahnya yang kian terasa berat, puluhan kilatan cahaya putih berseliweran seperti kesulitan menemukan ujung.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Kimi menyingkirkan runtuhan itu. Tidak bisa dibedakan apakah air yang menetes itu adalah peluh atau tangis Kimi, tapi yang pasti, seluruh sendi Kimi melemas sampai jatuh bersimpuh saat mendapati bahwa, benar, Johnny yang tergeletak di bawahnya.

"John.." Kimi duduk tersimpuh, pelan-pelan mengangkat kepala Johnny ke atas pangkuannya. Air yang terus menetes dari matanya menjatuhi rambut kotor Johnny, tapi pria itu tak kunjung membuka mata bahkan setelah Kimi memanggil namanya untuk kedua kalinya.

Tangan dingin Kimi menyentuh ujung hidung Johnny. Merasa tidak ada embusan, kemudian dia beralih menyentuh dada Johnny.

Nihil. Tidak ada detakan di sana.

"Please..." Suara Kimi tercekat, benar-benar putus asa dengan kondisi ini. Dia hanya bisa berusaha membersihkan bekas debu dan beberapa bekas darah di wajah suaminya itu, menyapu surai gelap pria itu yang sama sekali tidak kelihatan terganggu.

Kimi mengambil tangan Johnny. Telapak tangannya yang terlihat sobek dengan bekas darah segar yang turut mengotori cincin pernikahan mereka yang masih tersemat rapi agaknya membuat Kimi mulai kehilangan kendali. Bergetar, dia mengangkat tangan yang terluka itu dan menempelkan punggungnya pada pipi.

"Betha.. Beth—" Kimi tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Tangisnya pecah lebih keras saat dia tak bisa menahan lagi untuk akhirnya memeluk kepala suaminya itu.

"Tolong... jangan gini..." pinta Kimi terbata. Napasnya berdesakan dengan tangis, membuat semua kata yang terucap dari mulutnya tidak sempurna.

"Please.. come back..." isak Kimi. "Aku harus apa? Hm? Apa pun, tolong, aku mau ngelakuin apa aja— tapi —tolong..."

Angin yang berhembus dingin dengan berbagai kilatan cahaya putih yang masih terus berputar dan melintas sembarang arah membawa suara isakan Kimi semakin jauh. Bergantian wanita itu menyebut nama Johnny dan Beth, hingga akhirnya suara lonceng terdengar bergemelinting dari jauh. Lonceng itu terus terdengar semakin dekat, hingga suara langkah kaki yang begitu berat digandengi dengan suara benturan besi juga turut tertangkap telinga.

Di tengah keputusasaan yang belum berhenti menghantam, Kimi mendongak. Tangisnya kembali deras saat menyadari bahwa dari kejauhan Beth berjalan pelan mendekatinya. Anak panah juga busur di tangan kiri dan kirinya perlahan menghilang, menguap menjadi debu hitam yang beterbangan tertiup angin. Topeng besinya pun sedikit demi sedikit hancur menjadi serpihan, menampakkan wajah sendu yang masih terlihat nyalang.

Dewa itu akhirnya berhenti saat sampai di depan Kimi dan Johnny. Matanya datar menatap pria tak bernyawa di dalam pelukan sang istri yang balas menatapnya dengan air mata yang masih berlinang.

"Beth— Johnny—"

"Bukan aku yang ngebunuh dia," potong Beth.

Kimi memelas. "Kamu bisa ngelakuin sesuatu buat ini. Kamu yang punya kontrak sama dia, jadi seharusnya cuma kamu yang bisa menghakimi dia."

"..."

"Please!" ujar Kimi putus asa. "Jangan akhiri kontraknya kayak gini. Kamu bisa ngelakuin sesuatu, tolong!"

"Aku gak bisa ngembaliin dia lagi," ujar Beth.

"Tapi kamu bisa bikin aku hidup lagi—" Kalimat Kimi terhenti saat tiba-tiba seluruh badannya terasa lemas. Dia berusaha menggerakkan jarinya, tapi seluruh organnya seolah tidak mau mengikuti perintah otaknya.

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang