※ 15

541 103 13
                                    

"Ugh!"

Chrys tidak mengira akan mendapat pukulan yang dilayangkan oleh Mino —Master Guerriero, yang terlihat marah sesaat setelah melihatnya turun dari jet yang dipiloti oleh Kai.

Bahkan belum sampai wanita itu menyeimbangnkan diri, tubuhnya terhuyung mengikuti cekikan yang memaksanya berdiri.

"Kamu mau main-main, hah??" geram Mino, mengabaikan Chrys yang menepuk-nepuk lengan kurus masternya itu agar dilepaskan.

"Aku gak bisa nafas.." keluh Chrys.

"Aku minta kamu nyelesein tugasmu dalam sehari, tapi kamu malah menghilang sebulan. You can be much more useful than this," marah Mino.

Kai yang baru saja turun dari jetnya langsung menghambur, memisahkan Chrys yang terlihat kewalahan saking sulitnya melepaskan cengkeraman tangan Mino dari lehernya. Pria berusia 30 tahunan itu mendengus, masih menatap tajam pada Chrys yang sekarang berada dalam rangkulan Kai.

"Selalu ada alasan dan Anda gak bisa langsung main tangan, Master," ujar Kai. Bibirnya terlihat bergetar menahan marah, mungkin. Dan menurut Mino itu lucu sehingga membuatnya melepas tawa sarkas.

"Drama lagi?"

Kai mengernyit menatap, Mino bertanya.

"Kemarin Jeffrey sama Rosé, sekarang kamu sama Chrys?" tanya Mino. "Kalian pikir Guerriero ini ladang cinta lokasi, hah?"

Nada tinggi bicara Mino yang meninggi di akhir kalimat membuat Kai menahan nafasnya geram. 

"Tapi —oke, gak papa. Hak kalian," kata Mino lagi. "Dan, sorry, Chrys, kayaknya aku terlalu cemas sampe gak sengaja meledak."

Chrys menatap Mino lamat, dan masternya itu mengulas senyum tipis. "Well done," ujarnya sambil maju beberapa langkah dan meninju pundak Chrys pelan. "Kita udah ngasih pelajaran ke Roma, dan mereka pasti gak berani ngerendahin Vatikan lagi."

Tapi Kai tahu persis, sikap Mino ini hanya untuk meredam emosi Chrys. Karena saat itu dia juga merasakannya —hawa dingin yang sangat khas.

Beth selalu mengawasi mereka.

l a s t

Kai baru saja akan mengambilkan obat untuk luka bekas pukulan Mino di wajah Chrys tadi, tapi ternyata wanita itu sudah baik-baik saja. Sebenarnya Kai tidak begitu terkejut —tapi, ya, tentu saja aneh bagi manusia untuk bisa sembuh dari luka lebam hanya dalam hitungan menit.

Dan lagi, di ruangan itu —di bangunan kecil mirip pondok yang terletak di belakang bangunan gereja Vatikan, ada Rosé dan Jeffrey yang keadaannya lebih memprihatinkan. Banyak bekas lebam di beberapa bagian tubuh mereka, dan itu membuat Chrys terlihat marah.

Terutama Rosé. Bahkan gadis beramput pirang panjang itu sama sekali tidak berani menatap Chrys yang sedari tadi melihatnya tajam. Sangat marah.

"Diapain sama Mino?" tanya Chrys.

"Menurutmu diapain?" tanya Rosé balik, berusaha terlihat tegas walaupun kedua telapak tangannya dingin saling berpautan dengan gugup.

Chrys mengernyit.

"Latihan kayak biasanya." Jeffrey menengahi. "Tapi ada yang lain."

Chrys ganti menatap Jeffrey, begitu juga Kai yang segera mengambil duduk berhadapan dengan pria ber-dimple itu setelah mengambil beberapa minuman dingin dari dalam kulkasnya.

"Apa?" tanya Kai.

"Tau Junmyeon, kan?"

Kai berpikir sejenak sebelum melepas senyum sarkas. "Si idiot itu?"

[4] Last ; Johnny Seo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang