37. Mahkota

42.5K 306 9
                                    

1 jam kemudian, sekitar jam 3, Rania terbangun.

Ia rupanya tidak bisa tidur, sedangkan aku sempat tertidur sebentar.

“Kenapa..?” Tanyaku.

Ia terdiam.

“Mmm… aku mau lagi kak...”

“Eh…yakin? Kamu tidak mengantuk?”

“Aku ngga bisa tidur kak, kebayang-bayang terus.”

“Emang tidak sakit? Itu, selangkanganmu tadi kan berdarah?”

“Iya… sakit sih...”

“Lho, terus…?”

“Ya habisnya gimana kak, kamu sudah perawanin aku… yaudah… ngga ada yang kujaga lagi.”

Lalu dari balik selimut, ia meraba-raba dan memegang penisku, yang memang sudah lemas.

“Kecil sih kak?” Ia tersenyum meringis dan melihat mukaku.

“Iya, kan belum ada stimulasi. Atau rangsangan.”

“Seperti apa stimulasinya?”

“Ya… sentuhan, mungkin oral seks, dan mengobrol terkait seksual pun bisa.”

Belum selesai aku bicara, ia segera berpindah, kepalanya bersandar di perutku, lalu segera mengulum penisku yang masih belum keras.

“ufff…!” Aku mengerang karena kaget.
Penisku masih belum aku bersihkan dari tadi, karena terlanjur Rania datang dari kamar mandi dan memelukku.

Pasti batang penisku berkerak, bercampur dengan sperma yang sudah kering.

Lalu setelah penisku mengeras, Rania pun mengulangnya, ia duduk dengan posisi women on top menghadapku, memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Cleppp… “Uhhhh….” Erangnya pelan.

Ia tidak ragu lagi memasukkannya, kali ini ia lebih cepat dan mengayun secara kuat. Vaginanya berdenyut-denyut dan menebal, sangat basah dan licin.

Cleeppp.. cleeppp…cleppp…

“ooohhhh… kaakk… auuuhh..”

Ia mengerang sepanjang permainan.
Liang vaginanya menggesek penisku dengan kasar, tekstur dalamnya tertarik setiap kali penisku menyodoknya masuk atau saat keluar, hingga labia mayoranya tertarik ke dalam dan saat keluar bagian luar vaginanya ikut tertarik menjepit keluar, vagina ini sangat rapat sekali. Berbeda dengan punya Julia.

Saat mentok, seperti ada yang nyangkut di ujung penisku, seperti ada lapisan vagina yang menahan, itu pasti bibir rahimnya, penisku sudah mentok hingga bagian terdalam vaginanya.

Cairan lubrikannya sudah mengalir banyak, aku tidak melihat ada darah, dan Rania sudah menikmati permainannya.

Clleepp..cleppp…

Suara pinggangnya dan pinggangku beradu dan bersuara keras setiap kali Rania menggoyangkannya.

Sekitar 5 menit kemudian, ia pun berteriak cukup keras.

Mungkin ia mendapatkan orgasme pertamanya?

“Ahhh!!... enaakkk.. kaakk… enak bangett…!!”

Matanya terpejam dan mulutnya terbuka lebar merasakan kenikmatan orgasme yang pertama kali ia rasakan.

Badannya menegang dan jemarinya meremas kedua lenganku, hingga kukunya sedikit mencakar kulitku pundakku. Lalu gemetaran, dan lemas.

Aku bisa merasakan kedutan-kedutan vaginanya, dan rasa panas luar biasa saat orgasmenya bertubi-tubi menghampirinya.
Tak lama, aku pun segera keluar, tapi aku cabut.

SEX and The City (Season 1 - 200 Parts)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang