🔴Semakin Rumit

45.7K 4.8K 242
                                    

Follow dulu akun ini, biar berkah

Happy reading❤
__________________

Bagian 31.

Selama ini memang aku yang salah, salah mengartikan maksud di balik perlakuan dan perkataannya. Akhirnya aku tahu kapan aku harus berhenti dan  berharap. Sekarang waktunya, pernikahan ini semu yang lama-lama membuatku muak.

"Gue tahu ini sulit, tapi gue mohon lo jangan sampe gegabah buat nyimpulin sembarangan. Denger dulu penjelasannya. Kalau memang bener dia main api, lo boleh minta pisah sama dia," kata Ruda, aku sudah memberitahu masalah pernikahan kami. Aku bilang bahwa aku mau pisah dengan Mas Gharvi.

"Pernikahan itu bukan main-main, gue minta tolong sama lo jangan sampai terucap kata pisah kalau belum tentu itu faktanya." Aku mengangguk pelan.

Ruda menghapus sudut mataku, lalu ia menarik kedua sudut bibirku. "Senyum dong. Nah, kalo senyum lo itu lebih keliatan manis."

"Gih, sana masuk ke rumah, kayaknya suami lo udah pulang, deh." Ruda menunjuk halaman rumah dengan dagunya. Benar, Mas Gharvi sudah pulang karena mobilnya sudah berada di halaman, belum ia masukan ke dalam garasi.

"Dia gak pernah kasar, kan, kalo marah?" Ruda bertanya dengan hati-hati, aku langsung menggeleng.

"Bagus, gih sana. Nanti marah lho suaminya kalau lo pulang jam delapan malem gini." Aku mengangguk seraya tersenyum.

"Makasi, Ruda. Kamu memang sahabat terbaik aku. Hati-hati di jalannya."

"Iya, bawel. Sana, gih." Aku keluar dari mobilnya melambaikan tangan saat Ruda kembali melajukan mobilnya.

Ceklek!

Saat pintu terbuka terlihat Mas Gharvi sedang mondar-mandir di ruang tamu. Ia menoleh ke arahku saat mendengar suara pintu terbuka.

"Dari mana kamu?" Memilih menghiraukannya, aku menyimpan sepatu di rak, lalu berjalan ke kamar.

Mas Gharvi mengikutiku. "Suami tanya itu dijawab."

"Apa, sih?!" jawabku malas menatap tajam Mas Gharvi lewat cermin.

"Tumben jam delapan sudah di rumah. Biasanya juga pulang tengah malem, terus besoknya pergi lagi," sindirku kasar.

"Saya tanya, jangan mengalihkan pembicaraan." Mas Gharvi memegang lenganku, dengan buru-buru aku menepisnya.

"Gak liat saya lagi apa?" sewotku seraya membersihkan wajah.

"Setidaknya jawab dulu," ucapnya duduk di pinggiran ranjang.

"Rengganis," panggilnya pelan.

"Saya sudah bilang, kalo saya ketemu temen!" kataku bangkit dari kursi rias, beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat keluar dari kamar mandi, Mas Gharvi masih duduk di pinggiran ranjang seraya menundukkan kepala. Ia mendongkak saat melihatku berjalan melewatinya

"Kenapa keramas, hmm?" tanyanya mendekatiku yang kembali duduk di kursi rias.

Mas Gharvi mengambil hair dryer yang berada di laci meja rias dan menyalakannya.

"Malem ga usah keramas, kalo sakit gimana?" Mas Gharvi mulai mengeringkan rambutku.

Maksud orang ini apa? Kemarin-kemarin gak ada kabar, terus saat pulang sikapnya menjadi dingin. Tapi kenapa dia sekarang jadi sedikit perhatian?

Aku menggeleng. Keep calm, Rengganis. Jangan baper!

(In)credible Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang