Happy reading❤
__________________Bagian 11.
Sudah dua minggu aku resmi menjadi seorang istri. Tidak banyak yang berubah, hanya statusku saja yang berubah, kami bersikap biasa saja tidak seperti layaknya pengantin baru.
"Hati-hati di jalan, ya." Aku memberi pelukan kepada Ibu dan Bapak.
Ibu mengusap pelan rambutku. "Jadi istri yang baik, harus nurut sama suami." Ibu memberiku nasihat ini berulang kali.
"Muhun, Bu."
Bapak menepuk bahu Pak Gharvi pelan, "Tolong jaga putri Bapak. Tegur dia kalo salah."
Pak Gharvi tersenyum tipis, giliran sama aku gak pernah senyum.
"Tentu," jawab Pak Gharvi.
"Teteh," panggil Rizal, adik keduaku.
"Kenapa, Zal? Bakalan kangen, ya, sama Teteh." Aku menepuk puncak kepala Rizal.
"Idih, buat apa Izal kangen ka Teteh? Males banget!" bantahnya dengan logat sunda, Rizal ini memang selalu berantem denganku. Pokoknya Rizal dan aku bagaikan tikus dan kucing, tapi kami saling sayang kok.
"Masa gak bakal kangen sama Teteh?" tanyaku mulai menggodanya.
Risa, adik pertamaku yang kini kelas satu SMA menarik tangan Rizal, si bocah kelas dua SMP.
"Izal udah atuh," tegur Risa, dia selalu menjadi penengah antara aku dan Rizal.
Rizal hendak mencubitku, namun ditahan oleh suara ibu.
"Sudah jangan berantem," lerai Ibu, Rizal langsung diam.
Tiba-tiba aku merasa ada yang memeluk pinggangku.
"Ama mau sama Teteh! Aa' Izal nakal!" Rahma, adik bungsuku yang menempuh pendidikan di bangku kelas empat SD merengek.
"Ya udah sini tinggal sama Teteh," ajakku lalu mengelus puncak kepalanya.
"Tapi Ama harus sekolah." Nah itu tahu, dia kan harus sekolah.
"Nanti kapan-kapan main kesini lagi, ya!" tukasku yang langsung disambut cengiran dari Rahma.
"Kami pamit dulu." Ibu dan Bapak masuk ke dalam mobil beserta ketiga adikku. Aku dan Pak Gharvi membantu memasukan barang ke dalam bagasi mobil.
Setelah selesai, aku melambaikan tangan ke arah mereka yang akan jalan. "Dadah, hati-hati di jalan, ya!"
Setelah kepergian mereka, aku menghela napas kasar. Kami melangkah masuk rumah. Hari ini rumah sepi. Papa Rian dan Mama Gita sedang di luar kota karena ada pekerjaan, sedangkan Mbak Ghea dan Mbak Neisa beserta anak dan suaminya juga telah pulang ke rumahnya masing-masing.
Dan tinggal kami berdua bersama Mbok Mina dan Mang Jarwo di rumah besar ini.
"Gak usah sedih," ucap Pak Gharvi setelah kami sampai di ruang keluarga, sepertinya ia tahu dan paham akan perubahan raut wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
(In)credible Marriage
RomanceGenre: Romance Comedy. Prinsipku itu menikah sekali dalam seumur hidup, tapi bagaimana dengan pernikahanku yang terjadi karena kesalahpahaman? Di sini aku dinikahi oleh Dosenku sendiri yang sifatnya super kaku dan juga menyebalkan. Entah terjebak...