Happy reading❤
___________________
Bagian 20.
Semester baru sudah dimulai tiga hari yang lalu. Pagi ini aku sudah dibuat kesal oleh Pak Gharvi yang selalu hilir mudik di dalam kamar.
"Bapak nyari apa, sih? Pusing saya liatnya, dari tadi acak-acak meja, kasur. Padahal udah dirapiin juga," ujarku kesal seraya menyisir rambut.
Kulihat dari pantulan cermin besar, dia mengeluarkan semua isi tas kerjanya.
"Astaghfirullah, itu udah diberesin sama saya. Ngapain dikeluarin lagi?" aku mendekat padanya.
"Kamu itu berisik banget dari tadi, bukannya bantuin saya nyari, malah ngomel!" ketusnya yang sekarang mengorek-ngorek sofa, sampai bantal sofa dia lempar ke lantai.
Karena geram, aku mulai merapikan beberapa yang tadi diberantakin oleh manusia kaku itu. Mulai dari tempat tidur, meja rias, nakas, sampai meja dekat sofa.
"Nyari apa? Gimana mau bantu nyari, orang Bapak dari tadi gak ngasih tahu."
Dia menoleh kepadaku, lalu matanya melirik ke tempat yang tadi diberantakin oleh dirinya, heran kali, ya? Soalnya sudah dirapihkan kembali olehku.
"Waktu kamu beresin, liat flashdisk saya?" tanyanya.
Oh, mencari benda itu, dasar pelupa!
"Flashdisk apa?"
"Itu yang isinya PPT buat bahan ajar. Astaghfirullah, mana saya butuh banget itu, bukan cuma PPT, tapi ada hal yang penting juga," kesalnya sampai mengacak rambut.
Aku geleng-geleng kepala, lalu tersenyum miring.
"Udah tua, sih, makanya lupa."Pak Gharvi melotot padaku. "Tua dari mana? saya belum kepala tiga, segini masih muda."
"Cepet bantu cari, setengah jam lagi saya ngajar."
Lelah mendengar gerutuannya, jadi aku membantunya mencari benda tersebut. Perasaan aku pernah lihat benda itu, kayaknya gak ada di kamar.
Aku berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga.
"Kemana? Bantu saya dulu." Pak Gharvi mengekoriku sampai di ruang keluarga.
"Bawel amat," ujarku seraya mengeluarkan benda di pot bunga plastik.
"Lho? Itu kan flashdisk saya, kamu umpetin?!" Pak Gharvi memelototiku.
Su'udzon mulu sama istri sendiri, dia sendiri yang menaruh di situ, bukan aku.
"Jangan ngadi-ngadi, orang Bapak sendiri yang naro di situ."
"Masa?" tanyanya tak percaya.
Aku memutar bola mata malas, dasar pelupa.
"Bapak waktu itu naro di situ, waktu saya bikin cemilan nugget pisang lho. Padahal saya dah ngingetin jangan ditaro di situ, Bapak sendiri jawab biar gak ilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
(In)credible Marriage
RomansGenre: Romance Comedy. Prinsipku itu menikah sekali dalam seumur hidup, tapi bagaimana dengan pernikahanku yang terjadi karena kesalahpahaman? Di sini aku dinikahi oleh Dosenku sendiri yang sifatnya super kaku dan juga menyebalkan. Entah terjebak...