🔴Kamu Kayaknya Sudah Cocok

54.5K 5.6K 142
                                    

Jangan lupa komen sama vote yaa❤

Happy reading❤
_

______________


Bagian 06.

Hari ini jadwalnya mata kuliah Pak Gharvi. Sebenarnya malas, pengen bolos aja ke ke kantin FH bareng Ruda dan Gian.

Tapi, karena Pak Gharvi itu tipe dosen yang disiplin dan juga bisa dibilang pelit nilai, jadi aku memaksakan diri untuk masuk kelas. Ditambah Pak Gharvi akan memberi info bahwa PJ di matkulnya akan diganti.

"Sekarang kuis, cepat siapkan yang diperlukan!"

Baru juga datang sudah memberi kami kuis, mana tidak ada info sama sekali dan aku belum baca materi minggu lalu.

Dosen lain mah basa-basi dulu, ngucapin selamat siang, lah ini main masuk aja. Ngucapin salamnya cuman pas baru ngelangkah masuk. Nyebelin!

Ilham mengangkat tangan." Maaf, Pak. Kok gak ngasih tahu dulu kalo ada kuis?"

"Bener, Pak. Saya belum belajar," kata Vivi ikut menimpali.

"Pak, boleh gak ganti aja jadi minggu depan? Saya gak siap. Temen-temen juga gak siap, kan?"

Sekelas serempak mengangguk takut-takut, menanggapi ujaran dari Dela.

"Diam!" suara Pak Gharvi naik satu oktaf.

"Saya sudah memberi informasi pada PJ di kelas ini. Jadi saya tidak akan merubah keputusan apapun, itu salah kalian."

Aku melirik Ilham, matanya melotot. "Saya gak nerima email dari Bapak, kapan memberi infonya, Pak?" Ilham pasti belum tahu kalo PJ-nya bakal diganti.

"PJ matkul saya di kelas ini bukan Ilham lagi," ujar Pak Gharvi tenang, sedangkan Ilham sudah tersentak kaget dengan gaya di alay-alaykan.

Mata Pak Gharvi berkelana, lalu berhenti tepat di pojok kanan belakang, itu tempat duduk aku.

"Rengganis, dia yang menjadi PJ di mata kuliah saya."

"Pak kenapa digan-"

Pak Gharvi memotong ucapan Ilham. "Kamu terlalu kepo, kinerja kamu baik, namun akhlak kamu kurang baik pada dosen. Tanya ini itu tentang kehidupan pribadi, bikin saya pengen sambelin mulut kamu." Semua tertawa ngakak, Ilham memang jadi bandar ghibah. Jadi sudah tak heran.

"Kenapa harus Lulur?"

"Pak, Lulur itu hape-nya kentang trus laptopnya juga kentang. Nanti telat ngasih info sama kita kayak gini, gak ngasih tahu kalo ada kuis!"

"Pak, jangan Lulur bisa gak? Dia orangnya jarang banget ngobrol di kelas."

Woah, Resha gak tahu aja kalakuanku kalo lagi  ngomel, sudah bisa menyaingi rapper. Aku pendiem cuma di kelas aja, ngobrol sebutuhnya.

"Cukup!" Pak Gharvi mengangkat tangan untuk menghentikan protes dari para mahasiswa.

"Saya yang memutuskan, saya yang menilai, kenapa jadi kalian yang ribet

"Interupsi, Pak." Aku mengangkat tangan, semua pandangan mengarah padaku, "Saya tidak setuju menjadi PJ Bapak!"

Terdengar suara bisik-bisik dari arah depan, itu pasti kawanan si Vivi and the genk. Gak heran lagi, mereka pasti ngomongin aku, mana mereka pada suka sama Pak Gharvi.

"Kenapa? Kamu mau nilai yang jadi taruhannya?" aku melotot kala mendengar kata nilai, apa urusannya nilai sama nolak jadi PJ Pak Gharvi?

Aku berdiri dari duduk. "Kok gitu, Pak? Jangan bawa-bawa nilai dong!"

(In)credible Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang