Terima kasih banyak yang sudah follow akun ini dan votee!♡
Happy reading❤
_________________Bagian 25.
Berharap merupakan sesuat hal yang sangat kejam. Apapun keadaanya, jangan sampai kita berekspetasi tinggi pada hal apapun. Entah itu tentang karir, cinta, persahabatan, bahkan keluarga.
Karena saat harapan itu tidak sesuai dengan apa yang diekspetasikan, kita harus siap-siap untuk merasakan sakit hati yang dalam.
Oleh karena itu, aku tak ingin berharap lebih kepada Pak- maksudku Mas Gharvi. Ternyata benar, dia masih terjebak di masa lalunya. Buktinya, kemarin aku melihat dia melamun namun sorot matanya melihat ke arah sebuah poto.
Poto wanita yang ada di masa lalunya. Miris memang, tapi itu memang kenyataannya.
"Gimana lo udah nemu buat rumusan masalahnya, Lur?" Suara Maurin membuat aku tersadar dari lamunan.
"Yeee, lo malah bengong,"
Kami sedang berada di toko buku besar, bermaksud mencari referensi untuk tugas kuliah kami.
"Belum." Tanganku dengan buru-buru sibuk mencari buku yang sesuai.
Sudah dicari buku-buku yang akan jadi bahan tugasku, namun aku belum dapat menemukannya.
"Lur gue udah dapet buku bahan tugas nih." Maurin menggoyangkan buku yang dia pegang.
"Gue duluan, ya, pacar gue nelpon. Dia ada di depan."
Kalo Maurin pergi, aku sama siapa dong?
"Jangan dulu atuh, temenin sebentar.""Reynald udah nunggu gue dari setengah jam yang lalu, kasian."
Maurin mengetikan sesuatu di ponselnya. "Mau gue telepon Reva biar dia nemenin lo di sini?"
Aku menggeleng pelan, "Gak usah, kamu pulang aja sama Reynald. Kasian dia nunggu."
"Ya udah gue pergi, sorry banget, Lur." Maurin meringis merasa tak enak hati. Aku tersenyum maklum.
Aku menatap kepergian Maurin, dia sedang membayar buku di kasir. Menghembuskan napas pelan dan kembali fokus mencari buku.
Beberapa menit aku mondar-mandir mencari buku, akhirnya ketemu juga dengan judul buku yang sesuai. Namun buku tersebut letaknya jauh berada di bagian rak paling atas, tubuhku yang pendek tak dapat menggapainya
Aku berjinjit berusaha mengambil buku itu, bahkan sampai lompat-lompat.
Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangku, tangan kekarnya terulur mengambil buku itu dengan mudahnya. Aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang itu,
Jantungku berdegup kencang, netra mata kami saling bertubrukan untuk beberapa saat. Dia menatapku dengan lamat.
Tak lama aku mengalihkan pandangan, menghindar ke samping agar jarak kita tak terlalu dekat seperti tadi. Tidak baik untuk kesehatan jantungku ini.
"Buku ini kan?" tanyanya membuatku mengangguk cepat, dengan segera mengambil buku yang Mas Gharvi ulurkan.
"Makasih, Pak—eh Mas." Hampir saja aku keceplosan memanggilnya dengan sebutan 'Pak' di luar kampus, nanti dia marah lagi kayak waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(In)credible Marriage
RomanceGenre: Romance Comedy. Prinsipku itu menikah sekali dalam seumur hidup, tapi bagaimana dengan pernikahanku yang terjadi karena kesalahpahaman? Di sini aku dinikahi oleh Dosenku sendiri yang sifatnya super kaku dan juga menyebalkan. Entah terjebak...