Happy reading❤
___________________
Bagian 13.Hari minggu adalah waktu yang tepat untuk bermalas-malasan. Semenjak menikah, aku berhenti bekerja karena permintaan dari Pak Gharvi. Katanya, aku hanya fokus untuk kuliah dan mengurus dirinya.
"Cepat mandi!" Pak Gharvi memandangiku sambil berkacak pinggang, persis seperti Bapakku kalau beliau sedang marah.
Pak Gharvi sudah mandi, tadi sudah sarapan bersamaku, lalu dia berolahraga.
Produktif sekali hidupnya.
Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku, "Males, ah."
Dia mendekat ke arah ranjang, menarik selimutku. "Sudah jam sembilan, anak perawan kok males-malesan."
"Bapak tau aja kalo saya masih gadis, hehe," jawabku sambil menyengir.
Pak Gharvi menarik tanganku sehingga aku terduduk. "Cepat mandi!" titahnya seakan tak mau dibantah.
"Kita itu harus menghemat air agar Indonesia tidak terjadi krisis air."
"Jangan banyak alasan, Rengganis!" Pak Gharvi menarikku ke kamar mandi yang berada di kamar kami.
Langkahku terseok-seok karena ditarik paksa olehnya, dasar suami gak ada akhlak!
Pak Gharvi menyiramku menggunakan shower, ugh dingin banget. Beneran, deh.
"Baru juga nyampe dah maen nyiram aja, dingin atuh!" keluhku sambil memeluk diri sendiri, ia mengangkatku ke dalam bathtub.
Astaghfirullah, ini benar-benar dingin!
Dia tidak tahu apa kalau sekarang musim hujan dan air di rumah ini itu memang dingin banget kayak air es. Niatnya memang mau menyiksa istri kayaknya.
"Bapak!" teriakku membentaknya. Maafkan aku, Ya Allah.
"Cepat mandi!" titahnya sambil berkacak pinggang. Ch, lagaknya sok banget!
"Dingin, Pak," keluhku menatap Pak Gharvi dengan pandangan yang dibuat melas, siapa tahu dia luluh.
"Cepat mandi, nanggung kamu sudah basah."
"Iya gara-gara, Bapak! Kenapa pake air dingin coba? Kan ada air anget! Tinggal diatur suhunya!"
"Pagi-pagi bagusnya mandi air dingin," balasnya datar.
Aku masih saja mengelak. "Tapi-"
"Apa perlu saya mandikan?"
Mendengar itu aku sontak menggeleng, membayangkannya aku tidak sanggup.
"Kalau tidak mau, cepat mandi!" tukasnya datar lalu pergi keluar kamar mandi. Tak lupa pintunya ditutup.
Gini amat punya suami, mau malas sekali saja susahnya minta ampun.
Aku berjalan gontai menuju ruang tengah tempat bersantai, sudah ada Pak Gharvi yang sedang duduk di sofa dengan kopi dan juga laptop yang berada di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(In)credible Marriage
RomantikGenre: Romance Comedy. Prinsipku itu menikah sekali dalam seumur hidup, tapi bagaimana dengan pernikahanku yang terjadi karena kesalahpahaman? Di sini aku dinikahi oleh Dosenku sendiri yang sifatnya super kaku dan juga menyebalkan. Entah terjebak...