🔴Meminta Izin

49.3K 4.6K 59
                                    

vote dan komen dipersilahkan


Happy reading❤
_________________

Bagian 14.

Siang ini cuaca sangat terik, aku mengusap pelipisku yang berkeringat. Huft, panas sekali, ditambah tempat fotocopy penuh, jadi harus mengantri.

"Lo udah bener-bener meriksa makalahnya? Takutnya nanti ada salah kata, kan berabe, apalagi ini tugas dari Pak Gharvi." Reva menyikutku di tengah-tengah antrian.

"Kamu tenang aja, aku jamin kelompok kita aman seratus persen." Iya, aman, aku jamin gak ada yang salah, orang aku tanya dulu di rumah ke Pak Gharvi. Untung dia mengoreksi mana yang harus diperbaiki.

"Iya, iya. Gue percaya sama lo."

Setelah selesai, Reva menarikku keluar dari tempat fotocopy. Katanya dia gerah karena harus berdesakan dengan mahasiswa, aku juga sama gerah kayak Reva, tapi Reva itu orangnya gak sabaran.

"Waktu minggu kenapa bisa di Mall bareng Pak Gharvi?" tanya Reva penasaran, kami sedang berjalan menuju kelas. Sekitar lima belas menit lagi kelas Pak Gharvi akan dimulai.

Aku kira Reva udah agak lupa soal kejadian itu, ini sudah hari kamis lho, tapi dia baru tanya sekarang.

"Anu itu-"

"Anu lo kenapa?" Reva menatapku tepat di mata, membuatku gelagapan.

"Aku ada bimbingan skripsi sama Pak Gharvi." Sial, Rengganis. Kamu itu bego, sekarang bukan waktunya skripsian!

Reva bertambah heran. "Bimbingan? Helo Lulur, kita masih semester empat  Masa udah skripsi, sih?"

Tak terasa kami sudah sampai di dalam kelas.

"Duduk dulu atuh, Reva." Aku menyuruh Reva duduk agar ia bisa sedikit tenang.

Reva mendudukkan pantatnya di kursi. "Jelasin, Lulur!Gue butuh penjelasan dari lo!" desak Reva mengguncang tubuhku.

"Aku bimbingan aja sama dia, soalnya aku PJ-nya Pak Gharvi, jadi gak ada salahnya tanya-tanya soal skripsi buat nanti," alibiku yang kurang masuk akal, berharap Reva percaya akan itu.

"Tapi kenapa harus di Mall?"

Ini anak banyak tanya banget, males aku kalau udah di wawancara begini. Minta disleding.

"Ya karna—"

"Assalamu'alaikum, selamat siang."

Ucapanku terpotong karen Pak Gharvi masuk kelas, membuat semua menjadi diam.

Alhamdulillah, terima kasih Pak Gharvi. Berkat Bapak, aku jadi tidak perlu repot mencari alasan untuk Reva.

"Pertemuan kali ini, silahkan kepada kelompok yang minggu kemarin terpilih untuk mempresentasikan hasil diskusi kalian. Jika ada yang tidak dimengerti silahkan untuk bertanya. Jika tidak ada yang bertanya, saya yang akan bertanya kepada kelompok terpilih."

Ini yang paling malas di matkulnya Pak Gharvi, sangat suka menyusahkah mahasiswanya. Mana kelompok yang terpilih itu kelompok aku.

Untung suami merangkap dosen.

(In)credible Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang