🔴Pindahan

66.9K 6K 152
                                    

Part ini sudah sangat panjang.


Happy reading❤
_______________________

Bagian 03.

Semua sudah siap dengan barang yang akan aku bawa. Gak terlalu banyak, hanya membawa baju, laptop, alat mandi dan peralatan pribadi. Soalnya kalo perabotan itu fasilitas dari Kos.

Aku melangkah menuju gerbang Kos dengan tas gendong dan juga tas jinjing yang lumayan besar. Kos-an ini berada di pinggir jalan, jadi memudahkan untuk mencari kendaraan umum.

Kepalaku melihat kiri kanan guna mencari angkutan umum atau ojek. Dilihat-lihat kok gak ada, ya?

Sial, aku lupa.  Mana ada angkot di malam hari?

Jarak ke sana lumayan jauh, alhasil aku jalan kaki menyusuri trotoar, berharap ada ojek. Sebenarnya bisa naik taksi, namun sayang uangnya.

"Khem." Suara deheman membuatku berhenti, lalu menoleh pada sumber suara. Pemilik mobil hitam itu menurunkan kaca mobilnya.

"Lho Pak Gharvi?" tanyaku keheranan saat mengetahui pemilik mobil itu adalah si dosen kaku dan ngeselin.

"Bapak ngapain ada di sini?" tanyaku yang masih saja heran.

"Jemput kamu." Ucapannya membuatku bergeming. Maksudnya heran, kenapa dia tiba-tiba mau menjemput mahasisiwinya.

"Tadi saya ke Kos kamu, katanya udah berangkat," lanjut Pak Gharvi.

"Ngapain, Pak?" tanyaku kembali yang masih saja tidak mengerti.

"Perlu saya beliin linggis untuk korek kuping kamu?" ketusnya seraya memutar bola mata.

Jokesnya ngeri, ah. Dark banget.

Muka dia yang kaku dan datar itu gak ada cocok-cocoknya jadi pelawak.

"Lah Bapak becanda?"

Pak Gharvi diam sambil menatapku. Ngapain, sih, bikin aku takut aja, ditambah ini sudah malam.

"Cepat naik, Mama saya sudah nunggu dari tadi, yang ditunggu malah ngaret setengah jam."

Aku menyengir bodoh sambil menggaruk pipi kananku, lalu membuka pintu belakang.

Pak Gharvi menoleh ke jok belakang, "Ngapain duduk di situ?" tanyanya ketus.

"Lho emang salah, ya? Kalo gak di sini dimana dong? Masa harus di bagasi?"

"Bodoh!"

"Mon mangap, salah saya apa, Pak? Perasaan Bapak ngegas mulu sama saya!" Dasar Pak Gharvi memang bener-bener, ya!

"Duduk di depan," titahnya datar.

"Dimana, Pak?"

Pak Gharvi kayaknya sudah sangat kesal sekali, keliatan dia lagi mencengkram kuat stir mobil.

"Ya di samping saya, lah!"

"Di samping? Nanti saja di pelaminan, Pak." Mampus! Salah ngomong aku!

(In)credible Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang