***
Duduk sendiri di hadapan puluhan jenis makanan yang disajikan di atas meja besar membuat Junhwa kehilangan selera makan. Jam menunjukkan tengah malam. Tapi pria yang seharusnya duduk bersamanya masih belum kelihatan.
Junhwa menunggu berjam-jam untuk bisa makan malam dengan Jaemin. Tapi sepertinya Jaemin tidak akan pulang ke mansion malam ini.
"Helena, beresin. Gue mau ke kamar aja." Helena mengangguk kemudian segera mengosongkan meja. Tercetak jelas raut kekecewaan Junhwa.
Junhwa berjalan lunglai menuju kamar Jaemin. Tapi langkahnya terhenti saat ia melewati sebuah ruangan yang belum terjamah olehnya.
Gadis itu menatap lurus pada pintu berwarna coklat itu. Kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri. Memastikan bahwa tidak ada seseorang yang memergokinya.
Entah kenapa, dadanya berdegup kencang saat jemarinya menyentuh kenop pintu ruangan itu.
Cklek.
Pintunya tidak terkunci. Lantas Junhwa buru-buru memasuki ruangan tersebut dan menutup pintunya. Ia terkejut, ruangannya begitu gelap. Lengan Junhwa berusaha mencari dimana tombol untuk menyalakan lampu.
Ctak.
Lampu menyala. Manik mata Junhwa menatap kagum pada deretan buku yang berjajar rapih. Rak buku menjulang tinggi. Sepertinya berukuran empat meter. Di bagian tengahnya terdapat empat buah sofa yang saling melingkar. Melingkup meja bundar yang terlihat sedikit berdebu.
Junhwa beranjak pada sisi lain, terdapat sebuah meja dan kursi. Nampak seperti meja kerja. Diatasnya terdapat komputer yang mati dan beberapa dokumen usang. Dan sebuah foto dalam figura.
Lengan Junhwa mengambil figura tersebut dan mengusap kacanya dengan ujung bajunya. Sepasang kekasih, tidak. Sepasang suami istri. Wajah perempuan tersebut nampak tidak asing. Dan pria tersebut, nampak merengkuh wanitanya dengan penuh kasih sayang.
Senyuman itu, mirip sekali dengan senyuman yang selalu Jaemin berikan padanya.
Mendiang Ibunya Jaemin. Nyonya besar di mansion ini. Ya, Junhwa yakin sekali. Karena senyuman mereka terlihat sama persis.
Junhwa meletakkan kembali figura tersebut ke atas meja. Ia menatap seluruh sudut ruangan itu. Sepertinya ini adalah ruangan tempat kerja dari Ayahnya Jaemin.
"Cantik," Junhwa setuju dengan kata itu. Ibunya Jaemin terlihat begitu cantik nan anggun.
Cklek.
"Nona?" Junhwa terkesiap saat Helena berdiri di ambang pintu setelah pintu terbuka. Raut cemasnya bukan terlihat main-main.
Lantas Junhwa segera meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Acquisitive
Fanfiction[COMPLETE] #2 - Kun (26/05/21) This story have mature content🔞 "He is a psycho, little psycho."-Unknow