31. Hermana Menor

1.2K 176 36
                                    

Kangen rambut silver Nana:( tapi rambut hitam Nana lebih menggoda wkkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kangen rambut silver Nana:( tapi rambut hitam Nana lebih menggoda wkkw.

***

Sejauh apapun pergi pasti akan kembali ke titik awal. Mungkin seperti itu yang Jaemin rasakan saat ini. Mansion yang tidak tersentuh oleh tangan manusia kini kembali dihidupkan oleh Jaemin. Pria itu kembali mempekerjakan beberapa orang untuk mengurus mansion. Ada kehidupan yang harus dijaga untuk tetap hidup.

"Here we go again," gumam Jaemin di depan sebuah pintu yang selalu ia tutup rapat.

Orang yang mendiami ruangan ini mati dengan meninggalkan begitu banyak pekerjaan yang belum selesai. Debu membuat Jaemin harus menutup hidungnya rapat-rapat. Ruangannya pengap dan gelap. Tirai yang menutupi jendela ruangan itu tidak pernah ia buka sampai warnanya berubah menjadi kecoklatan.

"Tuan saya akan mulai membersihkan tempat ini," izin seorang pelayan. Jaemin mengangguk, membiarkan orang-orang membersihkan ruang kerja Ayahnya itu.

Langkah Jaemin beralih pada ruangan yang ada di sudut mansion lain. Tempat pertama kali Junhwa tinggal di tempat ini, sekaligus tempat Ibunya merenggang nyawa.

Masih teringat jelas di dalam benak Jaemin bagaimana Ayahnya menghabisi Ibunya. Dada Jaemin kembali sesak saat menatap sudut tembok yang masih terdapat bercak darah dari mendiang Ibunya. Jaemin tidak pernah menangis, jika bukan karena Ibunya.

Hari itu Jaemin baru saja pulang dari sekolah. Dengan rokok terapit di bibir Jaemin dan jaket kulit berada di atas bahu kanannya. Awalnya Jaemin bersikap biasa saja, namun ketika ia mendengar suara pecahan kaca dari arah kamar ia bergegas memeriksanya.

Apa yang ia dapati? Helena sedang menguping.

"Ngapain lo disini? Pergi!" Titah Jaemin.

Namun Helena malah terdiam dengan wajah khawatir, Jaemin mengernyit heran kemudian mendengar beberapa kalimat pertengkaran yang berasal dari kedua orang tuanya.

"Ayah menyeret Ibu masuk kesini, Na," ucap Helena membuat Jaemin masuk ke dalam ruangan itu secara paksa.

Jaemin terkejut bukan main. Sosok Ayahnya yang begitu penyayang terhadap keluarga, hari ini hancur saat ia mendapati Ibunya disiksa habis-habisan oleh Ayahnya sendiri.

"Maksud lo apa?!" Teriak Jaemin pada pria paruh baya itu. Jaemin berlari menghampiri Ibunya dan mendekap wanita itu erat-erat. Hatinya sakit melihat darah menempel pada bajunya dan bekas luka yang muncul dimana-mana.

"Jaemin ini urusan orang tua kamu. Jangan ikut campur!"

Jaemin tidak peduli, ia malah beranjak mendekatinya dan melayangkan sebuah tinju yang mengenai rahang kiri sang Ayah.

Ayahnya kemudian mengangkat sebuah pistol dan menempelkannya tepat dijidat anak laki-lakinya itu. Merasa bahwa anak yang selama ini dia urus berbalik melawanya, tidak terima dengan sikap Jaemin.

[✓] Acquisitive Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang