***
2 tahun yang lalu...
"Na," panggil seorang gadis dari ambang pintu.
"Apa?" Jawab pria itu dingin.
Helena mencoba bersikap setenang mungkin, dia sampai menggigit bibirnya hingga berdarah. Jujur, Jaemin sangat sulit tersentuh. Pria itu bahkan tidak menatap ke arahnya sedikitpun.
"Kalo gak ada urusan penting mending lo keluar. Nyakitin mata gue aja," ucap Jaemin kemudian menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
"Aku udah coba bilang ke orang tuaku, soal pertunangan kita. Mereka udah setuju kalo pertunangan ini dibatalin aja."
Jaemin membuka selimutnya setelah mendengar ucapan Helena. Gadis itu tidak mungkin berbohong kan? Seingat Jaemin bahkan dia tidak pernah bisa mengobrol dengan Jaemin selancar ini.
"Lo gak lagi bohongin gue kan?" Tanya Jaemin.
Helena menggeleng pelan, "t-tapi mereka gak mau nerima aku lagi, Na."
"Shit! Stop call me with 'Nana'. Lo bukan siapa-siapa gue, Helena. Meskipun orang-orang tau hubungan kita, tapi itu gak lebih dari hubungan bisnis. Gue gak suka orang lain manggil gue Nana tanpa seizin gue!"
Helena meneguk salivanya susah payah, "m-maaf. Kalo gitu aku keluar dulu."
"Helena," panggil Jaemin sebelum Helena benar-benar menutup pintu kamar Jaemin.
Jaemin nampak turun dari ranjang dan beranjak mendekati Helena. Gadis itu mundur beberapa langkah bahkan belum sampai Jaemin berdiri tepat di hadapannya.
Pria itu menatap Helena dengan tatapan mengintimidasi. Punggung Helena menabrak tembok, tidak ada celah lagi untuk Helena menjauh dari sosok Jaemin.
Jaemin meletakkan tangan kanannya di samping kepala Helena. Manik matanya meneliti dari ujung rambut sampai ujung kaki Helena.
Takut, kalau Helena boleh jujur. Sejak awal, image yang diberikan Jaemin membuat Helena takut.
"Gue bisa lepasin lo dari hubungan sial ini, sekaligus hubungan gila antara lo sama orang tua lo."
Helena mengernyit, "maksudnya?"
Jemari Jaemin menyusuri pipi Helena. Benar-benar membuat Helena hampir kehilangan nafas, gugup dan takut bercampur menjadi satu. Sampai akhirnya Jaemin menyentuh bahu gadis itu dan sedikit membuka bahunya. Menyingkirkan kain yang menutupi sebuah luka yang cukup besar dan membekas.
"Sampai kapan lo mau nutupin ini? Gue tau lo sering di siksa sama orang gila itu. Mereka rela lakuin apapun demi bisnis, termasuk ngejual lo ke orang tua gue dulu."
Helena menutup matanya, bibirnya ia gigit untuk menahan rasa sesak yang tiba-tiba menyerangnya. Ingatannya soal orang tua angkatnya selalu tidak mengenakan. Selalu berhasil membuat Helena jatuh ke dalam mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Acquisitive
Fiksi Penggemar[COMPLETE] #2 - Kun (26/05/21) This story have mature content🔞 "He is a psycho, little psycho."-Unknow