27. Consiglio Del Fratello

1.2K 177 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Mau sampe kapan?"

Doyoung mendongak, menghentikan pergerakan jarinya dari atas layar ponsel. Johnny datang dengan wajah datar. Tidak marah, tidak senang, apalagi sedih.

"Apanya?" Tanya Doyoung balik.

Johnny menyandarkan tubuhnya lemas ke atas sofa. Pria itu kehilangan gairahnya, kehilangan semangatnya, membuat Doyoung sedikit menjauh dan memberi jarak.

Ngeri. Katanya begitu. Setiap kali mereka melihat Johnny yang lemah letih lesu, maka mereka akan merasa takut dengan Johnny. Artinya pria itu sedang tidak baik, dan mereka berharap Johnny baik-baik saja.

"Habis putus sama Yerim?" Tanya Doyoung.

Johnny mengangguk lemas. Sebenarnya Doyoung sudah memprediksi hal ini jauh-jauh hari. Semenjak absennya dari bar karena mabuk berat setelah pergi bersama wanita bayaran.

Johnny mendekat ke arah Doyiung, kemudian menyandarkan kepalanya di bahu pria bermarga Kim itu. Ia bahkan hampir lupa bahwa ia sedang marah pada pria itu karena masalah lain. "Gue udah nyerah, gue pikir kita bakalan baik-baik aja sampe nanti nikah. Tapi ternyata apa yang dibilang orang tua Yerim bener. Gue sama dia gak bakalan bisa bareng-bareng sampe kapanpun."

Doyoung menjauhkan kepala Johnny dari bahunya menggunakan jari telunjuk. Ini tempat umum, orang-orang bisa menatap aneh pada mereka. Jujur, Doyoung tidak mau di cap sebagai 'gay' karena terlihat bermesraan dengan Johnny di taman kampus.

"Gue lagi galau!" Teriak Johnny.

"Masalahnya sama gue apa?!" Teriak Doyoung tidak mau kalah.

Johnny menghela nafas, untuk yang entah ke berapa di hari ini. "Padahal Mama sama Papa udah berharap banget Yerim jadi menantu mereka."

"Kalau orang tua Yerim mau anaknya nikah sama cowok tajir, ganteng, masa depan cerah, kenapa mesti halangin lo?" Tanya Doyoung.

"Doy, lo tau sendiri kalo kita penuh dosa. Penuh dengan noda." Ucap Johnny mulai mendramatisir.

"Lo doang, gue enggak."

"Iya okey. Lo tau kalo gue masih suka minum, balapan, main cewek, dan masih banyak lagi. Awalnya gue pikir orang tua Yerim gak bakalan tau tapi ternyata mereka tau. Gue juga gak habis pikir, meskipun pada akhirnya mereka ngasih lampu hijau tapi sekarang mereka ngehalangin gue lagi."

Doyoung baru tahu kalau masalah cinta akan sangat rumit. Dia pikir hanya akan ada pertengkaran kecil seperti pada hubungan Jeno dan Seulbi. Tapi setelah ia melihat bagaimana Johnny, Junhwa dan Sunhwa mengalami hubungan asmara yang tidak biasa Doyoung jadi paham. Bahwa tidak selamanya jatuh cinta itu bahagia.

"Ngomong-ngomong keadaan Raina gimana?" Tanya Johnny.

"Harusnya gue yang tanya gimana keadaan Junhwa. Gue denger dia udah balik ke rumah. Orang tua lo juga ada di Korea. Nanti gue mampir deh, udah lama gak bikin Mama lo repot." Ujar Doyoung.

"Sialan lo, malah bikin Mama gue sengsara. Ya, Junhwa baik-baik aja sih. Selama ini banyak yang sayang sama dia, banyak yang ngurus dia, apalagi dia punya pacar yang super duper protektif."

Doyoung mengangguk setuju, "iya sih, gak usah khawatir."

"Raina gimana?" Tanya Johnny lagi.

Doyoung menatap Johnny curiga, "lo demen sama adek gue? Kok nanyain mulu adek gue?!"

Johnny menyentil jidat Doyoung, "sembarangan. Gue udah cinta mati sama Yerim, tau!"

"Ya, siapa tau. Raina kan cantik, anak FK juga. Dia baik sih, cuman makin hari gue sama dia makin jauh. Kita udah gak pernah satu meja makan lagi, gue yang jarang pulang ke rumah, gue juga jadi sering adu bacot sama Kak Gongmyung."

Johnny paham, dia juga sering beradu argumen baik itu dengan Junhwa atau Sunhwa. Meskipun pada akhirnya dia yang harus mengalah meskipun argumennya tidak salah. Johnny kemudian merangkul Doyoung, pria itu nampak diam larut dalam pikirannya.

"Sebagai kakak beradik dua, gue punya wejangan buat lo."

"Dih, kayak orang tua aja lo," cibir Doyoung dengan wajah julid khas-nya.

"Gue beneran. Gue tau kalo Raina bukan adek satu Ibu sama lo. Tapi di dalam tubuh dia ada darah Ayah lo. Mau gimana pun juga dia tetep adek lo, Doy. Dia gak salah, Ayah lo yang salah. Kalo keluarga lo bisa nerima Raina dengan baik kenapa lo enggak?"

Doyoung sudah sering mendengar wejangan seperti itu. Lantas mengapa kali ini dia harus mendengarkan Johnny bahkan tetap mendengarkannya? Jawabannya adalah Doyoung dan Johnny yang sudah berteman cukup lama dan mereka yang selalu menghargai satu sama lain.

"Lo pasti tau seberapa banyak kesalahan yang udah adek gue lakuin. Meskipun awalnya gue marah, tapi ujungnya gue maafin lagi. Begitu aja terus. Karena gue juga sadar kalo gue bukan orang suci, gue seorang pendosa. Gimana bisa gue egois gak maafin kesalahan orang lain kalo keadaannya gue sendiri belum layak buat dimaafin Tuhan?"

Sial. Mimpi apa Johnny semalam sampai sebijak ini. Padahal sebelumnya pria itu hanya bisa marah dan marah setiap kali menghadapi permasalahan.

"Doy, lo pikir baik-baik. Kalo orang tua lo meninggal, Kak Gongmyung udah punya keluarga sendiri, siapa yang bakalan jagain Raina kalo bukan lo?"

"Suaminya lah, gue juga bakalan punya keluarga sendiri kali!" Jawab Doyoung.

"Iya kalo dia nikah pas lo belum nikah, kalo yang nikahnya lo dulu dan Raina belum menuin jodohnya gimana?"

Hening, mereka terdiam sesaat.

"Tugas seorang Kakak sama dengan tugas seorang orang tua. Jadi apa dari inti yang gue omongin dari tadi sampe telinga lo kebakar?"

Doyoung menggeleng pelan, "gue masih gak bisa nerima."

Johnny menjentikkan jarinya, "nah itu! Jawabannya adalah berdamai. Berdamai dengan masa lalu lo sendiri adalah jala keluar dari masalah lo. Doy, maafin diri lo sendiri, maafin kesalahan Ayah lo, maafin Raina."

Doyoung memejamkan mata, "gue gak pernah jadi Kakak yang baik. Seenggaknya, gue gak pernah beliin dia makanan kalo gue balik ke rumah. Gue selalu beli buat orang rumah kecuali dia."

Johnny menepuk-nepuk pelan bahu Doyoung, "gue jug minta maaf. Gue sempet marah dan hilang kontrol. Gue juga sempet ngucapin hal yang seharusnya gak gue ucapin sama lo dan adek lo."

Doyoung tersenyum, "it's oke. Gue paham, lo kayak gitu karena lo sayang sama adek lo sendiri."

"Ngomong-ngomong, soal foto yang lo kirim di grup waktu itu. Lo dapet dari mana?" Tanya Johnny.

Doyoung menatap langit sore yang mulai menguning, "gue gak sengaja nemu. Di kamar orang tua gue. Lo tau sendiri kan orang tua gue sama orang tua Jaemin deket banget?"

"Jadi lo tau siapa anak cewek itu?"

***

TBC

Chapter ini kita pendinginan otak dulu yah. Kasian kalian pasti lelah mengupas hal yang harusnya gak kalian pikirin wkwk.

See you.

[✓] Acquisitive Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang