Selalu Dia

2.8K 243 9
                                    

Bel pulang sudah berdering sekitar sepuluh menit yang lalu.

Seorang gadis cantik, masih setia menunggu seseorang digerbang sekolah. Hari sudah mulai mendung.

"Kemana si Baskara," gerutu Cantika.

Cantika memutuskan untuk menelpon kekasihnya itu.

"Bas," sapa Cantika, saat telepon sudah Baskara angkat.

"Kenapa?"

"Jadikan kita pulang bareng?"

"Maaf Can gak bisa, kamu pulang sama Embun aja ya?"

"Kenapa?" tanya Cantika, dengan nada kecewanya.

"Clara pulang sendiri, aku gak tega"

"Oh iya, aku pulang dulu. Udah mendung"

Dengan cepat Cantika mematikan teleponnya sepihak. Rasa sesak, sakit sudah mulai menyeruak didalam hatinya.

"Lo gak tega liat Clara pulang sendiri, sedangkan lo tega biarin gue pulang sendiri" monolog Cantika, dengan senyum getirnya.

Dengan cepat Cantika menghentikan, taksi sebelum hujan turun. Cantika tidak bisa menahan air matanya lagi, sesak rasanya.

Wanita mana yang tidak sakit, kekasih kalian sendiri lebih mementingkan wanita lain?

Saat kalian sudah menunggu kurang lebih satu jam yang lalu? Tapi saat kalian menghubungi pacar kalian, dia sedang mengantarkan sahabat perempuannya.

Sakit? Sesak? Hancur? Marah? Semua tercampur menjadi satu dalam diri Cantika.

Cantika sudah berada didalam rumahnya yang sepi, sunyi. Orang tua Cantika sudah tidak ada, saat Cantika berusia tujuh tahun.

"Ayah, Cantika kangen" Isak Cantika didalam kamarnya.

"Sesak ayah,"

Cantika terus saja mengeluarkan tangisan pilu. Sakit, sesak.

Tiba-tiba ada yang membuka kamar Cantika dengan sedikit kasar, membuat Cantika sedikit terlonjak.

"Nangis lagi?" tanya seorang wanita, membuat Cantika menoleh.

"Dia ninggalin lo lagi?" tanyanya lagi, Cantika masih tetap saja menangis.

"Gue bilang apa! Tinggalin!" bentak Embun, sahabat baik Cantika.

"Baru satu Minggu lo pacaran sama Baskara. Tapi udah dibuat nangis kejer kayak gini" amuk Embun.

"Mau sampe kapan lo bego kayak gini?" tanya Embun.

"Karena lo gak bakal bisa ngerti! Karena lo gak pernah ngerasain rasanya cinta" Jawab Cantika, dengan nafas tersengal menahan isakannya.

"Gue merasa beruntung, karena gak pernah ngerasain jatuh cinta. Karena gak sedikit orang bego karena cinta kayak lo," ujar Embun, dengan muka datarnya.

Cantika terdiam, dan masih terisak diatas tempat tidurnya. Sesak, sakit dadanya.

Embun mendekat, dan memeluk tubuh rapuh itu kedalam pelukannya. Cantika kembali, terisak dipelukan sahabatnya itu.

"Gak usah nangis, bunda lo gak suka lo nangis" ujar Embun.

"Bunda," Isak Cantika.

"Gue bingung, kenapa tuhan ciptain orang bego kayak lo" ucap Embun, membuat Cantika melepaskan dekapannya.

"Apa maksud lo?" tanya Cantika, dengan muka tak terima.

"Jangan sampe lo nyesel Can, jangan terus terusan kayak gini. Kasian hati lo," ucap Embun, dan berjalan keluar dari kamar Cantika.

"Gue pengen pergi, tapi sulit Mbun. Sakit," ucap Cantika, membuat Embun menoleh masih setia dengan muka datarnya.

"Jangan sampe, rasa ini ngebuat lo gila" jawab Embun, dan kembali berjalan menuju luar.

"Iya, gue mau gila rasanya"

TBC
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Gimana next?

Luka_10

CantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang