Mencoba Melupakan

1.4K 118 3
                                    

Cantik sedang duduk di balkon rumahnya bersama Embun, menatap langit yang indah malam ini.

"Gue tau, lo belum bisa lupa dari Baskara" ujar Embun membuka suaranya.

"Gak segampang itu lupain orang," ucap Cantika.

"Terus kenapa lo lepasin?" tanya Embun.

"Titik mencintai paling tinggi adalah mengikhlaskan," jawab Cantika.

"Dan titik bohong lo yang paling tinggi, adalah ucapan lo barusan" ujar Embun, Cantika menatap wajah datar itu.

Cantika terdiam, dan menatap lurus kedepan. Apa yang Embun katakan adalah benar, sampai sekarangpun dia masih belum ikhlas.

"Kalo gue gak lepasin dia, pasti bakal ada luka-luka baru dihati gue" ucap Cantika.

"Dia terlalu banyak menghabiskan jejak rekam menyakitkan dihidup gue," lanjut Cantika.

"Gue rindu ayah Mbun," aku Cantika yang sudah mulai bergetar.

"Gue rindu bunda,"

"Gue rindu nangis dipelukan mereka Mbun," Isak Cantika.

Embun segera memeluk tubuh rapuh itu, isakan pilu keluar dari mulut Cantika. Lukanya semakin membuatnya rapuh.

"Hidup gue gelap," ucap Cantika, disela isakannya.

"Gue pengen lupa semuanya Mbun, tentang luka, penderitaan, kegelapan"

"Gue pengen lupa," ucap Cantika dalam dekapan Embun.

Embun mengelus rambut Cantika dengan lembut, Cantika terus saja terisak.

"Liat bintang," perintah Embun.

"Lo gak mau jadi bintang?" tanya Embun.

"Langit yang gelap itu,

"Langit yang gelap itu, kayak lo. Dan bintang yang cerah itu, adalah seseorang yang akan datang dikehidupan gelap Lo" ucap Embun, membuat Cantika menatapnya.

"Percaya itu,"

Cantika menatap langit, dan mulai menyingungkan senyum dibibirnya. Lalu kembali menatap Embun.

Embun membalas dengan senyum tipisnya, seolah berkata lo kuat.

"Bunda dan ayah lo, pasti liat Lo disana. Dia gak bakal suka liat putrinya nangis terus kayak gini" ujar Embun.

"Makasih Embun,"

🦋🦋🦋

Cantika sedang berada didalam kelas bersama Embun, Baskara dan Elang. Baskara terus menatap Cantika, Cantika tidak peduli dengan tatapan itu.

"Can,"

Cantika menoleh dan menaikan kedua halisnya seolah berkata 'apa?'

"Lo udah bahagia?" tanya Baskara.

"Setelah gue lepas dari lo, kebahagiaan gue terus dateng" ucap Cantika.

"Pembohong," gumam Embun, namun hanya bisa didengar oleh Cantika.

"Lo udah lupain semuanya?" tanya Baskara.

"Iya, soal luka kemarin masih belum bisa gue lupain" ucap Cantika, membuat Baskara menundukkan kepalanya.

"Lo hebat Bas,"

"Lo ahli dalam merekam luka dihidup gue,"

"Selamat, Lo udah bikin hidup gue gelap" ujar Cantika dan segera berlalu meninggalkan kelas.

"Dia udah bahagia dengan hidupnya, jangan ganggu dia lagi" peringat Embun dan segera berlalu menyusul Cantika.

"Gue cinta sama dia," ucap Baskara, memukul kepalanya.

"Itu bukan cinta itu hanya ambisi," ujar Elang.

"Lo egois, Lo pengen dia balik lagi karena lo ngerasa terluka? Lo mikir engga, saat dia balik lagi, dia bakal semakin sakit" ucap Elang.

"Lepasin dia, dia juga pengen punya kehidupan yang baru. Yang jauh dari lo" lanjut Elang.

"Jangan egois,"

Elang segera berlalu dari kelas, meninggalkan Baskara sendiri dikelas. Kepalanya masih menunduk, dan memukul kepala itu cukup keras.

"Anjing!"

"Tolol!"

"Bangsat!"

Umpat Baskara dan terus saja menendang meja dan kursi yang berada dikelas itu.

"Gu-e bego,"

TBC
.
.
.
jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Vote dan komen.

Luka_10

CantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang