Selalu Mengalah

2K 218 4
                                    

"Cantika!" sapa seseorang, membuat Cantika segera membalikan badannya.

"Aku mau ajak kamu jalan," ajak Baskara, membuat Cantika memasang wajah senangnya.

"Aku jemput ya," ucap Baskara. Dengan cepat Cantika mengganggukan kepalanya.

"Yaudah aku pulang sama Clara ya," ujar Baskara.

"Iya," jawab Cantika, dengan senyum manisnya.

Baskara mengacak rambut Cantika dengan gemas, dan segera berlalu menuju motornya.

"Seneng banget lu," ucap Embun.

"Baskara mau ajak gue jalan," ujar Cantika, dengan senyum manisnya.

"Dan berakhir kayak hari-hari lalu, gak jadi" cibir Embun dengan tawa renyah.

"Pasti jadi!" ujar Cantika dengan yakin.

"Kita liat nanti," ucap Embun dengan senyum smirknya.

Embun segera menjalankan mobilnya, Cantika masih dengan senyumannya.

Senang? Bahagia? Tentu saja.

Cantika sudah berada didalam rumahnya, dan sedang sibuk memilih baju apa yang akan ia kenakan.

Cantika sudah siap, dan sedang menunggu Baskara untuk datang kerumahnya.

Satu jam berlalu, Baskara tak kunjung datang. Kemana dia? Lupa?

Cantika segera mengambil handphonenya, untuk menelepon Baskara.

"Bas, dimana?" tanya Cantika, saat telepon sudah tersambung.

"Dirumah Clara,"

"Kamu lupa?"

"Maaf  sayang, aku lagi nemenin Clara"

Satu tetes air mata, berhasil lolos Dimata indah Cantika. Dengan cepat ia hapus.

"Oh iya gapapa,"

"Maaf ya,"

"Gapapa, temenin aja Clara"

Cantika segera mengakhiri telepon itu sepihak, sakit? Sesak? Sudah biasa ia rasakan.

Ini bukan kejadian pertama kalinya, Baskara membatalkan rencana jalannya dengan Cantika karena Clara.

"Seharusnya, gue gak harus gini" isak Cantika, dan menghapus riasan diwajahnya dengan kasar.

"Sakit,"

Isak pilu Cantika, dengan cepat Cantika masuk kedalam rumah dan berlari menuju kamar.

🦋🦋🦋

"Bas,"

"Iya kenapa Cla?" tanya Baskara lembut.

"Cantika gak marahkan?" tanya Clara.

"Engga kok," jawab Baskara dengan senyum tipisnya.

"Syukurlah,"

Baskara hanya menjawab dengan anggukan kecil, dan senyum tipisnya.

🦋🦋🦋

"Ayah, bunda. Cantika kangen," ujar Cantika disela-sela isakannya.

"Sepi bunda, Cantika takut"

"Ayah, temenin Cantika takut"

Cantika terus saja terisak, dan mengeluarkan tangisan pilu. Kamar berwarna biru langit itu, penuh dengan suara pilu dari sang pemilik kamar.

Siapa yang tidak sakit, tidak hancur. Saat seseorang yang kalian cintai, lebih mementingkan orang lain?

"Bukan cuma Clara yang butuh lo Bas, gue juga butuh lo. Kenapa lo gak ngerti si," ucap Cantika dengan isakannya.

"Jika dia takut sunyi, sepi. Apalagi gue,"

"Hidup gue udah gelap Bas, kenapa lo terus nyakitin gue"

Cantika terus saja terisak, sakit rasanya. Boleh Cantika iri dengan Clara? Yang terus diutamakan?

Boleh Cantika merasa keberatan dengan keberadaan Clara dalam hubungannya?

TBC
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

CantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang