Menghibur

1.8K 150 6
                                    

Cantika sedang berada dihalam rumahnya, menenggelamkan kakinya kedalam kola renang. Tatapannya lurus kedepan, ingatan tentang pembunuhan, dan penghiatan Baskara kembali memenuhi isi pikirannya.

Air mata turun dengan sendirinya, Dimata indah Cantika. Hidupnya, gelap.

"Sesak,"

"Sakit..."

Cantika mulai terisak, badannya bergetar karena isakannya. Tiba-tiba ada seseorang, yang memegang pundaknya membuat Cantika segera menoleh.

"Fano?"

"Kenapa? Nangis lagi?" tanya Fano, lalu ikut duduk disamping Cantika.

"Rindu ayah bunda," lirih Cantika.

"Gue ngerti, jangan berlarut dalam kesedihan Can ayo bangkit" ujar Fano, mencoba menyemangati Cantika.

"Hidup gue gelap Fan, gue ngerasa gak punya siapa-siapa"

"Kalo Embun deger ucapan lo, yang bilang gak punya siapa-siapa dia pasti marah besar deh" ujar Fano, membuat Cantika segera menoleh menatapnya.

"Ih, jangan dibilangin Fan bisa mati gue" ucap Cantikan yang sudah mulai panik.

"Gue bilangin ah,"

"Jangan! Gue rela deh lakuin apapun, asal jangan lo bilang" bujuk Cantika.

"Oke," ujar Fano mantap.

"Ayo mau apa?"

"Gue gak muluk-muluk, yang gue mau cuma satu kok" ucap Fano.

"Apa?"

"Gue minta lo jangan pernah nangis lagi, semesta emang kejam Can. Semesta gak selalu berpihak sama lo, tapi ini bukan alasan lo buat lemah kayak gini" ujar Fano.

Cantika terdiam ditempatnya, laku dia menatap langit yang indah malam ini. Senyum tipisnya terukir dimulutnya.

"Iya," ucap Cantika.

Fano ikut menatap langit gelap, namun indah karesa dihiasi bintang. Bulan yang menerangi, yang sangat membuat malam ini sangat indah.

"Gue boleh jujur?" tanya Fano, yang diangguki oleh Cantika seolah mengatakan 'boleh'

"Lo kalo nangis jelek banget sumpah dah, mata lo jadi lebar, idung lo merah kayak mau meledak" ledek Fano, membuat Cantika membulatkan matanya.

"Heh! Kok body shaming si!" ucap Cantika tak terima.

"Emang nyatanya begitu kok, coba bayangin kalo lo terus terusan nangis. Idung lo merah dan meledak, mata lo juga" ucap Fano, membuat Cantika terdiam dan memegang idungnya.

"Heh! Enak aja!" ujar Cantika, lalu memukul lengan Fano cukup keras. Membuat si empu, meringis sakit.

"Ih! Kok lo kasar!" semprot Fano.

"Siapa suruh body shaming?" tanya Cantika.

"Emang jelek," ledek Fano.

"Fano!" teriak Cantika, lalu berlari ingin menangkap Fano.

Terjadilah kejar mengejar malam ini, Cantika terus saja mengejar Fano yang terus kabur.

"Udah, gu-e capek, bisa mati gue ni" ujar Fano, nafasnya masih belum teratur.

"Haha! Gitu doang," ledek Cantika.

"Terserah gue capek, gue mau pulang" ujar Fano.

Saat Fano ingin keluar, tiba-tiba ia menabrak kursi yang berada didepan rumah Cantika. Membuat Cantika tertawa ngakak.

"Hahahaha, anjir liat-liat makanya" ledek Cantika.

"Aduh, sakit! Malah diketawain" ucap Fano tak terima.

Cantika terus saja tertawa terbahak-bahak, sampai ia mengeluarkan air mata saking ngakak ya.

"Gue seneng Can, liat Lo bisa ketawa kayak gini lagi" monolog Fano dalam hatinya.

"Semoga gak ada yang nyakitin lo lagi, gue janji bakal jagain lo,"

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Mending Cantika dan Baskara.

Atau Cantika dan Fano?

Komen dong hihi.

Luka_10

CantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang