Kondisi Embun Membruk

1K 84 4
                                    

Fano dan Cantika sedang berada didalam rumah Cantika, Baskara sudah pergi sekitar lima belas menit yang lalu.

Fano dan Cantika masih diselimuti keheningan, diantara mereka. Tidak ada yang berbicara, ataupun mengajak berbicara.

Hingga akhirnya Fano memutuskan, untuk menghentikan keheningan yang terus berlarut ini.

"Lo udah beneran jatuh cinta sama gue Can?" tanya Fano.

Cantika menganggukan kepalanya, seolab berkata 'iya'. Fano yang melihatnya, melebarkan senyumnya.

"Tapi gue gak mau, kita pacaran dulu Fan. Gue masih trauma" ujar Cantika.

"Gapapa kok, gue ngertiin. Gue juga pernah bilang gue gak mau paksa lo jadi milik gue, yang terpenting luka lo perlahan hilang" ucap Fano, membuat Cantika menatapnya dan tersenyum.

"Yaudah gue pulang dulu, cuci kaki, cuci muka. Jangan lupa sikat gigi terus tidur, inget! Besok ujian nasional" perintah Fano, Cantika sedikit terkekeh denga perintah laki-laki itu.

"Iya, iya" ucap Cantika dengan senyumannya.

"Yaudah dah," pamit Fano, yang diangguki oleh Cantika.

Fano segera berjalan, menuju pintu keluar Cantika hanya menatap kepergian Fano.

"Gue jatuh cinta,"

¥¥¥

Sekarang adalah hati pertama ujian nasional, Embun terus memaksa opah dan omahnya untuk ikut ujian.

Bella dan Andre mau tidak mau harus mengiyakan keinginan cucu satu-satunya itu.

Embun sedang berada didalam kelas, Embun sudah sepenuhnya botak sekarang.

Embun diantar sopir pribadinya, dan pelajaran pertama sedang dilaksanakan.

Embun terlihat sangat fokus pada kerta ujiannya, tiba-tiba hidungnya kembali mimisan, dan segera Embun tahan menggunakan tisu.

Cantika melirik Embun dengan mata berkaca-kaca, dan melirik Argan. Argan yang mengerti pun melirik Embun.

Argan, Cantika, Elang, Fano dan Udin. Melirik Embun, yang sedang menahan hidungnya yang mimisan, dan memijit pelipisnya yang sakit.

Cantika sudah mulai terisak melihatnya, penderitaan apalagi ini?

Jam pelajaran pertama sudah selesai, sekarang sudah waktunya istirahat, Argan dan Elang membantu Embun untuk berjalan menuju supir pribadinya.

"Lihat, pak aku udah gak lemes" ujar Embun, dan tiba-tiba saja badannya ambruk membuat semua terkaget. Untung saja ada Elang dan menopang tubuh Embun.

Embun segera dilarikan kerumah sakit, dan hidungnya yang terus mimisan. Cantika, Argan, Fano, Elang dan Udin menyusul saat sudah selesai ujian nasional.

Embun sedang didalam ruangan kamar rumah sakit, muka yang pucat, oksigen yanb terpasang dimulutnya.

"Embun.. jangan tinggalin gue" Isak Cantika.

Fano segera mendekap Cantika, semua sama hancurnya dengan Cantika.

"Sayang, ini bunda" Isak Elice, membuat semua menolehnya.

"Bunda?" beo Cantika.

"Iya, sebenarnya saya bunda Embun. Saya menyamar menjadi guru lesnya agar, bisa dekat dengan Embun" ucapnya terisak.

"Kenapa? Embun sudah mencari anda selam ini?" tanya Elang.

"Saya takut, Embun membenci saya" ucapnya terisak.

Bella, Andre, dan Brian sudah datang, Bella yang terisak melihat keadaan cucunya itu.

Tiba-tiba dokter datang menghampiri mereka, yang melihat tubuh Embun melalui kaca pintu.

"Mohon maaf, apakah disini ada keluarga pasien?" tanya Dokter.

"Saya kakeknya dok, gimana keadaan cucu saya?" tanya Andre.

"Seperti apa yang kita takuti selama ini, tubuh pasien menolak akan pengobatan kemoterapi, penyakit Leukimia yang diderita pasien sudah sangat parah" jelas sang dokter membuat seisi ruangan yang ada disana merasakan lemas.

"Lakukan yang terbaik untuk cucu saya! Berapapun biayanya, saya pasti akan bayar. Asalkan cucu saya sembuh" ujar Andre.

"Sedang kami usahakan," ucap dokter dengan senyum tipisnya, dan berlalu meninggalkan mereka.

"Untuk apa? Dia sebentar lagi pasti akan mati" ucap Brian, dan mendapatkan tamparan dari Andre.

"Jaga ucapan kamu! Berbuatlah sebagai ayah, sebelum kau merasakan kehilangan!" bentak Andre, Brian hanya menatap datar dan pergi meninggalkan mereka.

Elice segera masuk kedalam ruangan untuk melihat keadaan putrinya.

Hatinya sakit, melihat tubuh lemas dan pucat Embun, terlihat dari wajahnya yang terlihat sangat lelah.

"Sayang, ini bunda bangun.." lirih Elice.

"Maafin bunda, bunda gak bisa jadi bunda yang baik buat kamu" Isak Elice.

"Bangun sayang, maafin bunda hiks.." Isak Elice semakin pilu.

"Bunda disini sayang," ujar Elice.

Embun tidak sama sekali terusik, dia masih menutup matanya.

Embun dinyatakan koma sekarang, hati yang kuat ini menjadi lemah, jiwa yang tahan banting, menjadi terbanting sekarang.

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Siapa disini yang kangen Embun:)

Luka_10

CantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang