Sakit

2.2K 235 26
                                    

Cantika dan Embun, sedang berada didalam mobil Embun untuk berangkat sekolah bareng.

Akhirnya mereka sudah sampai diparkiran sekolah, Cantika dan Embun keluar dari mobil.

Cantika melihat Baskara dan Clara berangkat bersama. Sakit? Sudah lah jangan tanyakan itu.

"Eh Can," sapa Clara, Cantika hanya menjawab dengan senyuman tipisnya namun Embun dapat milihat rautan hancur didalam matanya.

"Maaf ya soal kemarin," ucap Baskara membuka suaranya.

"Gapapa," jawab Cantika, dengan senyum tipisnya.

"Drama," cibir Embun dan berlalu meninggalkan mereka.

"Yaudah, gue ke kelas dulu" ucap Clara, yang diangguki oleh Cantika dan Baskara.

"Ayo," ajak Baskara, yang diangguki oleh Cantika dan berlalu.

"Clara cantik ya?" tanya Baskara.

Cantika menjawab dengan anggukan kecil, sakit? Ah sudahlah jangan tanyakan itu.

"Beruntung ya, cowok yang bisa dapetin Clara. Dia baik," ucap Baskara. Membuat Cantika menoleh menatap Baskara.

"Iya," jawab Cantika, sekuat tenaga menahan air matanya.

"Pulang bareng?" tanya Cantika.

"Engga, aku harus bareng Clara" jawab Baskara.

Jawaban itu, memang sudah biasa Cantika dengar. Tapi tetap saja, sakitnya membekas cukup lama.

"Kemarin dirumah sama siapa?" tanya Baskara.

"Sendiri,"

"Kamu udah biasakan sendiri? Gak takut? Kalo Clara pasti dia ketakutan" ucap Baskara.

"Iya, aku udah biasa. Biasa berteman dengan sunyi, kegelapan dan sendiri" jawab Cantika, dengan senyum tipisnya dan berjalan melewati Baskara.

Cantika tidak bisa menahannya lagi, Cantika berlari menuju WC disekolahnya.

"Gue salah?" tanya Baskara pada dirinya.

Cantika sudah mulai terisak didalam WC, isakan pilunya terdengar sangat rapuh.

"Kenapa, kenapa lo gak bisa hargain gue Bas!"

"Sakit!" Isak Cantika.

"Ngapain!" bentak seseorang, membuat Cantika sedikit terkaget.

"Buka!" perintah wanita itu.

"Bukan Cantika!" bentak Embun, dengan cepat Cantika membuka pintu WC.

Dengan sigap Embun, membawa Cantika keluar dari sekolah.

"Sakit Embun, sesak" ucap Cantika bergetar.

"Gue bilang apa tinggalin!" bentak Embun.

Cantika kembali terisak karena bentakan sahabatnya itu. Sakit, sesak.

Argan, Fano, dan Udin datang. Melihat Cantika yang sudah terisak itu.

"Disakitin lagi?" tanya Argan.

"Mau sampe kapan lo kayak gini?" tanya Fano.

Namun masih tidak ada jawaban dari mulut Cantika, ia masih terus saja terisak.

Dengan cepat Fano membawa tubuh rapuh itu kedalam dekapannya, Cantika semakin terisak didalam pelukan Fano.

"Sesak Fan," ucap Cantika, disela-sela isakannya.

"Udah, udah disini ada kita" ujar Fano, yang mencoba menenangkan Cantika.

Cantika terus saja terisak didalam dekapan Fano, kurang lebih sepuluh menit ditaman belakang sekolah.

"Can," ucap Fano, dan melepaskan dekapannya.

"Ada seseorang yang sayang sama lo, yang cinta sama lo. Mau sampe kapan lo terus sayang cinta sama dia yang jelas-jelas dan terang-terangan ngebuang lo?" tanya Fano, membuat Cantika menatap Fano dengan lekat.

"Ini perjuangan Fan," jawab Cantika.

"Ini bukan perjuangan, ini namanya nyiksa diri sendiri" ucap Argan membuka suaranya lagi.

"Perjuangan lo, sama sekali gak ada harganya Dimata Baskara Can" ucap Embun, yang membuka suaranya.

"Berjuang tapi dibuang," ujar Udin.

"Gue sayang banget sama dia, gue gak mau kehilangan dia Mbun, Gan, Fan, Din" ujar Cantika.

"Sebelum lo ngerasa kehilangan, dia udah coba buat bikin lo kehilangan" jawab Fano, membuat Cantika terdiam.

"Jangan egois, pikirin hati lo juga" ujar Embun.

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Vote dan komen.

Luka_10

CantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang