Chapter 7

12.1K 1.2K 188
                                    

◽️◽️◽️Happy Reading◽️◽️◽️

.

.

Maaf kemaren gak update karena bad mood liat berita di Twitter BTS dapat rasis, tapi semoga masih ada yang nungguin cerita ini.

Minta vote dan kalau bisa komen 'what are you feeling' supaya saya semangat terus update, terima kasih....

.

****

Malam harinya, Hyun Ji telah bersiap untuk tidur. Malam itu ia meminta secara khusus Hyeri untuk menemaninya sebelum terlelap.

"Bibi, boleh bacakan aku sebuah dongeng?" Hyeri pun mengangguk. Ia segera mencari buku dongeng di rak sebelah ranjangnya. "Bibi, aku mau dongeng yang tidak ada dibukuku, aku sudah membaca semua dongeng di rak buku dan aku sudah bosan!" tawar Hyun Ji.

"Aaaagh aku tidak pandai membuat dongeng tuan muda," elak Hyeri.

"Kalau begitu ceritakan saja masa kecilmu atau hal yang berkesan saat kau masih seusiaku," tawar Hyun Ji kembali.

Hyeri pun berjalan perlahan mendekati Hyun Ji dan duduk disisi ranjangnya. "Eeeem tapi sepertinya akan sangat membosankan, tapi kalau tuan muda mau mendengar, baiklah," ungkap Hyeri sambil mengusap anak rambut bocah tampan berusia 6 tahun tersebut.

Hyun terlihat begitu bahagia. Dia pun berposisi sedikit ketengah dan menepuk-nepuk bantal disebelahnya. "Bibi, berbaringlah disampingku, tunggu aku tidur setelah mendengar dongengmu, baru kau pergi," lanjut Hyun Ji dengan senyum manisnya.

"Tapi, Tuan! Itu 'kan tidak sopan,"

"Tidak apa-apa, ini 'kan perintahku," sambungnya.

Hyeri pun tersenyum mengagguk menyetujui keinginan bocah tampan itu. Hyeri berbaring disebelah Hyun Ji, dan secara tiba-tiba Hyun langsung memeluknya dengan erat. Jantung Hyeri langsung berdegup begitu cepat, ia begitu terharu dan senang betapa dekatnya hubungan mereka yang terlihat sangat manis. "Mulai!" pinta Hyun Ji.

Hyeri menarik selimut untuk Hyun Ji sambil memberikan lengannya untuk bantal bocah tampan itu dan ia pun mulai bercerita.

"Waktu aku kecil, aku pernah menangis dipojok kelas. Banyak anak pria yang selalu membullyku mengatakan bahwa aku anak tanpa ayah, dan ibuku seorang pelacur,"

"Pelacur itu apa?" tanya Hyun Ji dengan nada polosnya. Hyeri pun tersenyum sambil mencubit gemas pipi gembulnya.

"Pelacur itu adalah kata kasar untuk menamai seorang perempuan dewasa yang bekerja tidak baik, bisa jadi dia seorang kupu-kupu malam, atau perebut suami orang, kata itu identik disematkan pada wanita sebagai pelacur. Pokoknya itu adalah julukan paling buruk untuk perempuan." jelas Hyeri.

"Jahat sekali mereka?"

"Tidak jahat, karena memang dulu ibuku melahirkanku tanpa pernikahan. Ayah kandungku ternyata sudah beristri itulah mengapa ibuku harus membesarkan seorang diri. Hidup dalam cemoohan, ibuku diusir dari tempat tinggalnya karena aib memilikiku," ucapnya. Tak sadar air mata Hyeri mengalir dan dengan lembut Hyun Ji membantu mengusap air matanya.

"Ibunya bibi pasti wanita baik. Dia tetap kuat, merawat bibi sampai dewasa," ungkap Hyun Ji sambil tersenyum.

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Padahal semua orang menyalahkan ibuku,"

"Karena seburuk-buruknya ibu, dia tidak akan membuang anaknya sendiri," ungkap Hyun Ji yang tiba-tiba pandangannya turun dan wajahnya murung.

"Aigooo, bagaimana anak sekecil dirimu bisa bicara begitu? Sudah aku akan lanjutkan ceritaku." Hyeri mencubit gemas sambil mengusap-usap rambut Hyun Ji dengan lembut. "Saat aku pindah ke sekolah baru di daerah Busan, aku juga mendapat perlakuan sama karena rumor tetang ibuku diketahui seisi kelas, tetapi ada satu anak laki-laki yang membuatku bertahan waktu itu. Dia memberiku cokelat saat aku menangis di belakang taman sekolah, dan dia selalu melakukan itu setiap aku menangis. Pria itu begitu perhatian, tapi dia punya tatapan yang sangat menakutkan dan aneh," ungkap Hyeri sambil tersenyum.

TUAN JEON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang