PART 21

34 6 5
                                    

Zivara bangkit dari bangkunya. Mengangkat tangan tinggi-tinggi, ia bersorak heboh melakukan selebrasi. "Yeyy, menang!"

"Santai aja dong, nyorakinnya," tegur salah seorang penonton yang berada tak jauh darinya.

Gelagapan, Zivara menurunkan tangan. Melirik p dan menduduki bangku secara perlahan. "Maaf," cicitnya gemetar.

Gaksa yang baru saja mencetak poin, mengalihkan atensi tatkala mendengar teriakan seseorang. Menyadari orang yang sedang di bentak itu adalah Zivara, rahang Gaksa berubah mengeras dengan tangan mengepal.

Mengambil ancang-ancang, ia memantul bolanya dua kali yang kemudian ia lambungkan ke bangku penonton, menembak targetnya yang sedang asik bercumbu usai meneriaki Zivara.

Pluk!

Gaksa menarik sudut bibirnya, tersenyum pongah. Ia mengamati sepasang kekasih yang mendadak bubaran karena kehadiran bola yang dilemparnya.

Mengacuhkan teriakan pemuda di atas sana, Gaksa menuju tepi lapangan, menyusul kawanannya.

Bersamaan dengan itu, pembawa acara mengumumkan bahwa pertandingan basket telah usai.

Untuk menyambut kedatangan Gaksa dan teman-temannya, Zivara menyiapkan beberapa handuk dan air mineral yang sebelumnya sudah ia kemas di dalam tas berukuran besar.

Tak lama menunggu, mereka akhirnya tiba.

"Yey, menang lagi," ujar Zivara, menyodorkan satu persatu botol mineral.

"Kalian memang hebat." Ia mengacungkan jempol pada tim basket yang merangkap sebagai senior di sekolahnya.

"Makasih, Var," sahut beberapa diantaranya.

Zivara membalas dengan senyuman. Ia pun beralih pada Gaksa yang duduk di sebelahnya. "Hadap sini kak Gaksa."

Gaksa yang masih meneguk minumannya, menurut. Ia kemudian menurunkan botolnya ketika Zivara mulai mengusapkan handuk ke wajahnya. "Tadi gue lihat Lo di tegur. Tunjukkin yang mana orangnya, biar gue marahin balik."

"Udah, Zivara juga nggak kenapa-napa, kok." Zivara dengan telaten menyeka keringat Gaksa dari wajah hingga area leher. "Tapi lucu, ya, Kak Gaksa. Tadi Zivara liat, ada bola yang melayang trus nimpuk kepala cowok."

"Masa?"

Zivara mengangguk.

Gaksa risih di perhatikan oleh anggotanya yang tampak menahan tawa. Namun karena tak ingin merusak suasana, ia memilih acuh.

Selesai pada tugasnya, Zivara menjauhkan handuk dari wajah Gaksa. "Oh ya, janjinya jangan lupa."

"Cie ..., enak, ya, Var, jadi pacarnya Gaksa?" Celetuk Petra dengan senyum menggoda.

"Enak banget," balas Zivara dengan polosnya. Ia tersenyum, menggenggam tangan pemuda di depannya dengan tatapan menjurus.

Dodo melongo, sesaat setelahnya ia berdecih. "Beih, jangan di tanya Pet," timpalnya kemudian, menunjuk dua sejoli itu dengan botolnya yang kosong. "Mereka ini nih, romantisnya nggak ada saingan. Iya nggak, Gi?"

"Nggak tahu," sahut Ogi acuh, meneguk lagi minumannya.

Dodo mendengus sebal. Ia bangkit kemudian menggoyangkan botol Ogi yang membuat air di dalamnya mengguyuri muka pemuda itu hingga tandas.

Gaksa, Zivara dan para pemain basket sukses dibuat terbahak-bahak menonton aksi keduanya.

Melihat wajah nelangsa Ogi, Dodo segera berlari agar tak mendapat amukan seperti tempo lalu. "Sekalian cuci muka, Gi," teriaknya dari kejauhan.

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang